Lihat ke Halaman Asli

Pertolongan Allah Bersama dengan Niat Baik

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam sebuah acara bedah buku yang diadakan di masjid Sunda Kelapa, seorang peserta ingin berbagi cerita.
Ceritanya begini..
Agus (bukan nama sebenarnya) bercerita, “Saya dan istri berniat menghajikan saudara kami. Maksudnya, satu orang dari keluarga saya dan satu orang dari keluarga istri saya.”
“Untuk membulatkan tekad kami, maka diadakanlah pertemuan keluarga di hari Ahad. Kami jelaskan maksud dan niat kami dan sekaligus kami umumkan siapa saja yang telah dipilih untuk kami hajikan. Satu orang dari keluarga saya dan satu orang dari keluarga istri. Semua biaya ditanggung kami semua.”
Masjid Sunda Kelapa pada saat itu penuh dengan jamaah. Jamaah sepertinya menanti kelanjutan kisah Agus, sebagaimana saya juga menantikannya.
“Di hari Senin keesokkan harinya, saya pergi ke kantor. Tanpa diduga dan tak pernah diperkirakan sama sekali, saya memperoleh rezeki hari itu. Rezeki yang jumlahnya cukup untuk biaya dua orang untuk pergi naik haji. Subhanallah wal hamdulillah.”
“Allah begitu cepat menanggapi niat kita. Kita harus juga segera menyetorkan uang ini untuk haji mereka berdua,” ujar saya pada istri
Pengalaman seperti Agus ini juga dialami oleh ustadz Abdul Aziz. Ustadz Abdul Aziz kemarin (13/11) bercerita bahwa dia berniat membangun sebuah pesantren. Niat baiknya ini diceritakan pula kepada seorang temannya.
Tak disangka ceritanya ini disambut temannya dengan pemberian 100 sak semen. Seperti piring bertemu dengan nasi. Ustadz Abdul Aziz membutuhkan dukungan dari orang-orang sekeliling, temannya juga membutuhkan tempat penyaluran 100 sak semennya. Karena 100 sak semen itu semulanya akan disumbangkan ke pembangunan masjid, namun ternyata panitia sudah tidak menerima bantuan lagi.
Hari ini (14/11), ustadz Abdul Aziz kembali menceritakan pengalaman barunya. Dia bertemu dengan sahabat lainnya yang siap untuk menyumbangkan dana sebesar Rp 100 juta.
Dua kisah yang mirip. Dua orang yang berniat baik. Agus dan istrinya berniat menghajikan saudaranya. Ustadz Abdul Aziz berniat membangun pesantren. Keduanya juga memperoleh pertolongan Allah. Tanpa pernah diduga dan dinyana, mereka memperoleh rezeki yang mempermudah terwujudnya niat baik itu.
Mungkin sebaiknya kita mulai memancang niat baik. Berniat menghajikan orang tua misalnya. Berencana memberi modal tetangga yang nampaknya amanah dan ulet bekerja. Mempunyai planing membantu keponakan yang pandai, namun tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan pendidikannya. Menyisihkan gaji untuk berkurban di tahun depan.
Sekali lagi, mungkin sebaiknya mulai memancangkan niat baik, bagaimanapun kondisi keuangan kita, betapapun kecil dan pas-pasan gaji kita. Bukankah pemberi rezeki itu adalah Allah. Bila Allah berkehendak, berapa pun dapat Dia berikan. Bukankah Allah pembolak balik hati manusia. JIka Allah sudah bertindak, bisa saja orang jadi memborong produksi barang dagangan kita. Jika Allah sudah bertindak, bisa saja terjadi kesepakatan bisnis
Bismillahirrahmanirrahim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline