Lihat ke Halaman Asli

Curug Nangka : Wanawisata yang Kurang Terkelola dengan Baik

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

137757846275669053

Curug nangka termasuk objek wisata alam yang populer di Bogor. Letaknya di daerah Ciapus, memang relatif dekat dengan pusat kota dan tidak terlalu susah dijangkau baik melalui kendaraan umum maupun pribadi. Meski untuk mencapainya harus menembus kemacetan yang lumayan parah terutama di saat weekend. Namun rupanya wanawisata yang menyajikan pemandangan berupa air terjun (curug) dan tempat camping ini sangat diminati. Terbukti semakin sore makin banyak saja yang berkunjung ke tempat ini. Kebanyakan mereka berasal dari luar Bogor seperti Jakarta, Depok, Bekasi dan sekitarnya. [caption id="attachment_274713" align="aligncenter" width="482" caption="Hutan pinus yang mendominasi kawasan wisata curug nangka"][/caption] Kawasan Curug Nangka bisa dicapai dengan mudah melalui kendaraan umum. Cukup naik angkot ke arah ciapus, kemudian disambung dengan ojek sekali, kita sudah bisa mencapai pintu gerbangnya. Saya sendiri sudah 2 kali mengunjungi tempat ini. Pertama di tahun 2007 dan kedua baru-baru ini setelah libur lebaran kemarin. [caption id="attachment_274704" align="aligncenter" width="482" caption="Curug kecil di bawah curug kawung"]

13775779272044384782

[/caption] [caption id="attachment_274705" align="aligncenter" width="280" caption="Curug Kawung"]

13775779741271971411

[/caption] [caption id="attachment_274706" align="aligncenter" width="288" caption="Curug daun"]

1377578024704013501

[/caption] [caption id="attachment_274712" align="aligncenter" width="320" caption="Curug nangka"]

137757841517343318

[/caption] Di kawasan ini sendiri sebenarnya ada 3 curug. Mulai dari yang letaknya paling tinggi yaitu Curug Kawung, Curug Daun dan Curug Nangka. Dari ketiga curug tersebut, Curug Nangkalah yang menurut saya paling bagus karena aliran airnya paling deras. Selain itu di sisi kiri curug, dinding batunya membentuk seperti gua kecil. Untuk mencapainya kita harus berjalan beberapa meter menyusuri sisi sungai. Karena letaknya yang tersembunyi itulah makanya banyak yang tidak tahu, sehingga curug ini relatif lebih sepi dibanding 2 curug di atasnya. Saya sendiri baru tahu saat kunjungan kemarin. Di sini karena masih berada di tempat yang tidak terlalu tinggi (sekitar 750 m dpl) jadi airnya tidak dingin. Curug daun dengan dinding-dinding batunya juga lumayan bagus, meskipun tidak terlalu tinggi. Sedangkan Curug Kawung memang terlihat agak kering. [caption id="attachment_274714" align="aligncenter" width="427" caption="Menuju curug nangka"]

1377578514552756133

[/caption] [caption id="attachment_274715" align="aligncenter" width="280" caption="Aliran sungai dari curug nangka"]

13775785672081575743

[/caption] Jika dibandingkan dengan curug lain di kawasan Bogor seperti Cilember (di Megamendung), Cigamea, Seribu, Ngumpet (di Kawasan Gunung Salah Endah), Curug Nangka memang masih kalah bagus. Curugnya tidak begitu besar dengan aliran air yang kurang deras. Namun bagi orang-orang di wilayah Jakarta dan perkotaan lain, tempat ini bisa jadi pilihan untuk refreshing dan melepas kepenatan dari rutinitas sehari-hari. Saya pikir, sebenarnya kawasan ini juga berpotensi besar untuk ekowisata asalkan dikelola dengan baik. [caption id="attachment_274707" align="aligncenter" width="427" caption="Pangkalan ojek menuju curug nangka (Dok. Mety)"]

13775780861183808818

[/caption] Tetapi sayangnya pemanfaatan potensi kawasan wanawisata ini tidak dibarengi manajemen yang baik dari pihak pengelola. Contoh saja, akses jalan menuju Curug Nangka dari pangkalan ojeg sampai di depan gerbang cukup jelek. Padahal untuk masuk kawasan ini, pengunjung ditarik tiket masuk sebanyak 2 kali. Di gerbang pertama sebesar Rp. 7500,- dan gerbang berikutnya sebesar Rp. 2500,-. Saya juga bingung kenapa harus ditarik 2 kali. Ternyata menurut keterangan petugas, uang itu masuknya nanti ke dua tempat yaitu ke Desa dan Perhutani. Dengan banyaknya pengunjung yang berwisata ke tempat ini seharusnya uang itu bisa dikelola dengan baik. Tapi nyatanya memang tidak demikian. Menurut keterangan salah seorang tukang ojek yang saya tumpangi, memang di daerah ini banyak oknum yang minta jatah. Jadi wajarlah jika uang itu tidak bisa dipergunakan sepenuhnya untuk manajemen kawasan wisata. Contoh lainnya adalah banyaknya sampah yang berserakan dimana-mana. Mungkin Curug Nangka ini adalah curug paling banyak sampahnya sepanjang yang saya temui di antara curug-curug lainnya di kawasan Bogor. Harusnya ada manajemen yang baik dari pihak pengelola terhadap masalah sampah. Baik itu mengerahkan petugas kebesihan maupun bertindak lebih tegas terhadap pengunjung yang membung sampah sembarangan. Selain itu harus ada pula sangsi tegas terhadap pengunjung atau siapapun yang melakukan vandalisme, seperti mencorat-coret dinding curug. Aneh, mau makan tapi tidak mau membuang sampah pada tempatnya. Mau lingkungan bersih tapi tidak mau merawatnya. [caption id="attachment_274708" align="aligncenter" width="426" caption="Sampah berserakan"]

13775781491168930419

[/caption] Pengelola juga harusnya menertibkan para pedagang yang berjualan agar tidak berdagang sembarangan. Banyak sekali pedagang yang berjualan dekat sekali dengan curug bahkan mendirikan tenda. Hal ini tentu berpotensi merusak lingkungan, karena mereka sering membuang sampah berupa plastik seenaknya. Selain itu bisa berbahaya jika suatu saat terjadi hujan deras dan banjir. Dampak lainnya adalah merusak pemandangan curug itu sendiri. [caption id="attachment_274709" align="aligncenter" width="421" caption="Tenda dan baju-baju yang bergelantungan di dekat curug nangka"]

1377578199430628734

[/caption] [caption id="attachment_274710" align="aligncenter" width="320" caption="Berjualan pop mie di dekat curug"]

1377578255590409815

[/caption] [caption id="attachment_274716" align="aligncenter" width="482" caption="Vandalisme"]

1377578625827315587

[/caption] Di curug nangka juga banyak hidup sekawanan kera liar. Pengunjung seringkali memberi makan hewan-hewan tersebut karena memang tidak ada larangan. Sebenarnya hal ini bukan sesuatu yang baik karena kera-kera tersebut nantinya bisa terbiasa. Jika tidak diberi makan kemungkinan malah menjadi lebih agresif. Selain itu banyak pengunjung membuang sampahnya sembarangan setelah memberi makan hewan-hewan itu. [caption id="attachment_274711" align="aligncenter" width="490" caption="Sekawanan kera liar dan setumpuk sampah"]

1377578362981239757

[/caption] Akhirnya, pihak pengelola memang bukan satu-satunya yang bisa disalahkan dalam hal ini. Pengunjung dan masyarakat sekitar juga punya andil besar, karena semuanya saling terkait. Sayang sekali kalau potensi wanawisata curug yang sebenarnya indah dengan latar belakang pegunungan berhawa yang sejuk menjadi tidak indah lagi karena kurangnya kesadaran lingkungan. Salam kompasiana Bogor, 27 Agustus 2013



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline