Kota Tua Jakarta selalu ramai pengunjung, apalagi di akhir pekan. Suasananya sudah seperti pasar saja. Kota tua seperti punya magnet tersendiri hingga orang-orang tidak pernah bosan untuk berkunjung ke sana. Bagi penggemar fotografi di wilayah Jakarta dan sekitarnya, tentu tidak pernah melewatkan kota tua sebagai salah satu tempat untuk hunting foto. Orang-orang yang datang ke sini rata-rata membawa kamera. Mereka semua sibuk memotret dan dipotret, apalagi foto narsis. Di tempat ini juga sering dipakai lokasi foto pre-wedding karena tempatnya bernuansa classic. Saya sendiri sudah berkali-kali mendatangi tempat ini untuk hunting foto, mulai pagi sampai malam hari. Karena waktu hunting yang selalu bertepatan dengan akhir pekan, maka suasana di sini menjadi terlalu padat pengunjung. Semakin malam bukan semakin sepi tetapi malah tambah ramai. Alhasil foto saya banyak yang bocor dengan muculnya objek-objek yang sebenarnya tidak saya inginkan, karena kebetulan mereka berada di depan atau lewat di depan ketika saya sedang asyik membidik. Di sini bermacam-macam orang bisa ditemui dengan berbagai ekspresi/tingkah laku. Mulai dari pengunjung, pedagang, pengamen, satpam, preman dan lain sebagainya. Makanya daripada pusing karena foto kita selalu bocor mending bikin foto candid saja. Sebenarnya tidak pernah sengaja untuk bikin foto candid. Sekedar iseng saja, makanya hasilnya kurang tajam dan kadang-kadang komposisinya kurang pas. Apalagi hanya memakai lensa standar jadi fotonya kurang close-up. Di kota tua banyak banget yang tidur di pinggir jalan. Beberapa kali saya iseng memotret mereka. Karena takut terbangun akhirnya saya potret dari jarak yang agak jauh, padahal saya hanya pakai lensa kit. Makanya hasilnya ya pas-pasan hehe. [caption id="attachment_220404" align="aligncenter" width="576" caption="Tidur di bangku dekat kali besar"][/caption] [caption id="attachment_220405" align="aligncenter" width="543" caption="Asyik tidur nyenyak di lorong gedung tua dekat rumah merah"]
[/caption] Di sini banyak banget yang berfoto narsis, bahkan sampai orang lewatpun ikut-ikutan narsis. Ceritanya waktu hendak memotret kantin kota tua. Saya menunggu jalanan sepi, setelah itu sayapun berjongkok siap-siap membidik. Pada saat saya menekan tombol shutter, eh tiba-tiba ada pengendara sepeda lewat di depan saya sambil teriak, “saya difoto dong mbak”. Mau pakai teknik panning udah telat, jadi beginilah hasilnya. Dan foto blur dia masuk dalam frame saya. Pernah juga waktu saya menunggu area di depan museum kosong, karena ingin memotret seorang teman. Tiba-tiba ada ibu dan anak yang difoto narsis di atas sepeda oleh temannya, ya sudah saya foto saja sekalian. [caption id="attachment_220407" align="aligncenter" width="472" caption="Numpang narsis"]
[/caption] [caption id="attachment_220408" align="aligncenter" width="350" caption="Candid yang narsis"]
[/caption] Pengunjung di sini banyak sekali dan macam-macam, rata-rata turis lokal, tetapi ada pula yang dari mancanegara. Saya seringkali memasukkan mereka dalam frame saya. Entah itu untuk merekam suasana di kota tua maupun untuk pemanis foto saja. Yang jelas wajah-wajah mereka terlihat ceria. Di sini juga tempatnya para fotografer berburu foto, ini bukan pemandangan yang aneh. Pernah ketika hunting di sana berbarengan dengan ajang foto akbar yang diselenggarakan Lamborghini, dimana-mana banyak ditemukan rombongan orang dengan kamera DSLR di tangan. [caption id="attachment_220409" align="aligncenter" width="350" caption="Sesama yang sedang hunting foto"]
[/caption] [caption id="attachment_220410" align="aligncenter" width="484" caption="Peserta hunting foto sedang nunggu gorengan"]
[/caption] [caption id="attachment_220411" align="aligncenter" width="538" caption="Wajah ceria turis lokal"]
[/caption] [caption id="attachment_220412" align="aligncenter" width="525" caption="Turis mancanegara"]
[/caption] Para pedagang juga macam-macam tingkahnya, usianya juga beragam dari yang masih remaja sampai sudah tua. Ada yang sibuk melayani pembeli, ada yang bengong karena sepi pembeli, ada yang narsis, pokoknya macam-macam deh. Sebenarnya ini merupakan objek yang menarik bagi pecinta foto human interest. Saya pernah memotret pedagang kerak telor ketika sedang memasak kerak telornya. Sebenarnya tidak enak juga kalau memotret dia dari dekat, apalagi saya tidak membeli dagangannya. Makanya cepat-cepat saya ambil gambarnya, dan hasilnya agak blur hehe. Ada juga pedagang yang malah sadar kamera ketika difoto, seperti pedagang sandal dan baju di kota tua ini. [caption id="attachment_220413" align="aligncenter" width="400" caption="Pedagang kerak telor (1)"]
[/caption] [caption id="attachment_220414" align="aligncenter" width="378" caption="Pedagang kerak telor (2)"]
[/caption] [caption id="attachment_220415" align="aligncenter" width="517" caption="Melayani turis mancanegara"]
[/caption] [caption id="attachment_220416" align="aligncenter" width="394" caption="Bengong"]
[/caption] [caption id="attachment_220417" align="aligncenter" width="534" caption="Penjual gorengan"]
[/caption] [caption id="attachment_220418" align="aligncenter" width="538" caption="Penjual dan pembeli"]
[/caption] [caption id="attachment_220419" align="aligncenter" width="529" caption="Lagi nunggu pembeli"]
[/caption] [caption id="attachment_220420" align="aligncenter" width="525" caption="Sadar kamera dan narsis :-)"]
[/caption] Ohya di kawasan Kota Tua ini juga banyak premannya. Seperti yang saya temui di komplek Jembatan Kota Intan. Di sana memang ada seorang ibu-ibu, entah bagian kebersihan atau PKL yang selalu minta bayaran kalau kita masuk kawan itu, tapi gak tau ya legal atau tidak karena tidak ada karcisnya. Waktu itu ada juga beberapa orang yang sepertinya ingin berfoto pre-wedding di situ. Ketika masuk ke dalam pagar jembatan, mereka dicegat oleh seorang lelaki berkamata hitam. Lalu mereka terlibat dalam perbincangan, si fotografer sepertinya mengeluarkan uang dari dalam dompetnya. Mungkin ia dimintai bayaran oleh laki-laki gondrong itu. [caption id="attachment_220421" align="aligncenter" width="600" caption="Di dalam komplek Jembatan Kota Intan"]
[/caption] Terakhir, ada laki-laki mengenakan rompi dan berkaos oranye di dekat deretan sepeda yang diparkir di depan Kantor Pos Kota Tua. Entah siapa dia, tukang parkir atau penyewa sepeda. Yang jelas waktu itu saya candid, pas sekali karena warna kaosnya cocok dengan warna kantor pos, oranye. [caption id="attachment_220422" align="aligncenter" width="395" caption="Lelaki berkaos oranye"]
[/caption] Di tempat keramaian seperti ini, bisa jadi banyak foto candid dan gesture yang bakal kita dapatkan. Asal jeli saja. Selamat berakhir pekan Salam jepret Bogor, 8 Desember 2012 Silahkan melihat karya teman-teman kampretos lain di WPC-29
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H