Lihat ke Halaman Asli

Kemarau yang Merindukan Hujan

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1347299742199429335

Kemarau yang merindukan hujan Seperti aku yang menunggumu di sudut taman mungil Atau sebaliknya Kau yang merindukanku di sela-sela pepohonan dan semak belukar Kemarau itu merindukan hujan Dikatakannya pada awan lewat angin yang bertiup Tapi rindu tak tersampaikan Angin malah membawa hujan yang hampir turun pergi menjauh Ia bercerita pada rumput dan ilalang yang mencoklat Berbisik pada dedaunan yang meranggas Dan mengabarkan pada tanah kering yang retak Bahwa ia merindukan rintik hujan Meski kemarau dan hujan tidak pernah bersatu Tapi kemarau merindukan hujan Katanya Ia gerah pada teriknya mentari Ia bosan pada udara yang panas Dan ia kasihan pada ranting-ranting yang mengering Ia sungguh tak tega melihat daun-daun menjadi kuning dan layu Ia iba pada bunga-bunga yang kusam penuh debu Kemarau bersungguh-sungguh Disampaikannya lagi rindunya Lewat air danau dan sungai yang mulai mengering Dibujuknya lagi awan Lewat hewan dan manusia yang mulai kehausan Meski enggan Ia turun perlahan Bukan kasihan pada kemarau Tapi pada pepohonan yang selalu menjerit Hingga seluruh daunnya rontok Setetes demi setetes Dibasahinya tanah Agar akar bisa melepaskan dahaganya Hingga menjelma menjadi embun pagi esok harinya Kota hujan yang jarang hujan, 11 September 2012




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline