Lihat ke Halaman Asli

[WPC-14] Kampung Naga di Mata Kameraku

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13434391181207822125

[caption id="attachment_196688" align="aligncenter" width="622" caption="Pemandangan khas kampung Naga"][/caption]

Nama ‘Kampung Naga’ pertama kali saya dengar sewaktu kuliah, saat itu salah seorang teman melakukan penelitian di sana tentang garis wajah penduduk asli Kampung Naga. Saya juga tidak tahu apa yang melatarbelakangi pemberian nama ‘Naga’ pada kampung ini. Mungkin teman-teman bisa langsung tanya sendiri ke Mbah Google atau penduduk asli sana. Yang jelas waktu itu ada beberapa informasi yang saya peroleh dari teman. Katanya di sana gak boleh sembarangan motret, gak boleh asal tunjuk-tunjuk tangan, dan masih banyak pantangan yang lainnya. Menurut cerita temanku, di sana rumahnya menghadap ke arah yang sama dan untuk mencapai kampungnya harus menuruni tangga yang berliku-liku.

Akhirnya dua bulan yang lalu, saya berkesempatan mengunjungi kampung tersebut meski hanya sekitar 2 jam. Beruntung saya memiliki teman yang tinggal di Singaparna, Tasikmalaya, yang bersedia mengantar sehingga saya tidak perlu susah-susah mencari guide untuk mencapai tempat itu. Kampung Naga cukup mudah dijangkau, letaknya tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Tasikmalaya-Garut, tepatnya di Kecamatan Salawu. Atap-atap rumah di Kampung Naga juga bisa terlihat dari jalan raya. Sepanjang perjalanan menyusuri jalan aspal di perbukitan yang berliku-liku, kita disuguhi pemandangan sawah-sawah dengan padi yang mulai menguning dan sungai-sungai yang mengalir di tepi-tepinya. Pemandangan yang indah, tetapi sayang sekarang sudah banyak bukit yang digunduli. [caption id="attachment_196689" align="aligncenter" width="600" caption="Pemandangan sepanjang perjalanan ke Kampung Naga"]

1343439196442369738

[/caption] Setibanya di Kampung Naga, udara sejuk pegunungan mulai terasa sesaat setelah keluar dari mobil. Awan mendung bergelayut di langit sore. Di gerbang masuk Kampung Naga, tampak monumen Tugu Kujang Pusaka. Di atasnya ada kujang berukuran besar, mirip seperti yang ada di tugu kujang Bogor. Di foto tampak seorang pemandu dari kampung naga yang sedang memberikan penjelasan kepada dua orang turis lokal. Ada ruangan kecil di dalam monumen, entah apa isinya, yang jelas tidak boleh difoto.

[caption id="attachment_196691" align="aligncenter" width="400" caption="Monumen Pusaka tugu Kujang"]

13434392611032686903

[/caption] Saya mulai berjalan masuk ke area perkampungan. Tampak anak-anak tangga berliku yang jumlahnya banyak sekali. Saya harus melewati itu supaya bisa sampai ke kampung Naga. Sebenarnya di sana disediakan pemandu, tapi berhubung hanya sebentar dan ingin melihat-lihat serta memotret saja di sana,  makanya saya putuskan untuk tidak menyewa pemandu. Kebetulan teman saya ini sudah pernah beberapa kali ke Kampung Naga. Di sana juga boleh menginap di rumah-rumah penduduk, jika ingin mengenal lebih dalam lagi tentang Kampung Naga.

[caption id="attachment_196692" align="aligncenter" width="600" caption="Menuruni anak tangga yang berliku"]

1343439343530578493

[/caption] Melewati anak-anak tangga yang berliku ke bawah mungkin akan melelahkan bagi sebagian orang. Tetapi tidak buat saya, karena banyak pemandangan indah yang bisa disaksikan. Di sini kanan dan kiri jalan terhampar sawah bertingkat atau terasering, seorang ibu petani tampak sedang memanen padi tanpa alat bantu. Dari tangga atas, pemandangan sawah di bawah sana tampak lebih indah, sayang sekali waktu itu cuaca mendung sehingga langit hanya terlihat putih abu-abu. Padipun tampaknya sudah banyak yang dipanen sehingga kelihatannya gundul dari kejauhan. Saat mulai menuruni tangga, sepertinya banyak rumah-rumah baru yang bermunculan di kawasan luar Kampung Naga, meskipun terbuat dari kayu juga. Kata teman saya, dulu tangganya lebih banyak lagi, mungkin ada beberapa jalan yang dibuat jalan pintas menjadi lebih dekat supaya turis yang berwisata tidak terlalu kelelahan.

[caption id="attachment_196693" align="aligncenter" width="525" caption="Panen padi"]

13434394752138345539

[/caption] [caption id="attachment_196695" align="aligncenter" width="525" caption="Terasering dan atap kampung Naga dari atas tangga"]

13434396511783194339

[/caption] Setelah melewati anak-anak tangga yang entah berapa jumlahnya, akhirnya pemandangan khas Kampung Naga terlihat juga. Dari kejauhan atap-atap rumah yang terbuat dari daun ijuk atau nipah itu tampak rapi dan seragam karena menghadap ke arah yang sama yaitu arah utara dan selatan. Rumah semuanya berbentuk panggung dan tidak boleh dibuat dari bahan tembok ataupun dicat. Itu memang aturan yang harus ditaati penduduk kampung tersebut saat membuat rumah. Selain pemandangan terasering, tampak pula Sungai Ciwulan yang mengalir di sisi kampung, yang merupakan sumber pengairan bagi daerah pertanian di wilayah  Kampung Naga dan sekitarnya.

[caption id="attachment_196696" align="aligncenter" width="350" caption="Rumah kampung Naga dari kejauhan"]

134343975511524928

[/caption] [caption id="attachment_196697" align="aligncenter" width="525" caption="Sawah tampak gundul dari kejauhan"]

1343439837314860139

[/caption] [caption id="attachment_196698" align="aligncenter" width="525" caption="Sungai Ciwulan"]

13434399501761042891

[/caption] [caption id="attachment_196700" align="aligncenter" width="525" caption="Rumah berbentuk panggung"]

13434401011628051246

[/caption] [caption id="attachment_196701" align="aligncenter" width="525" caption="Di antara sawah yang sudah dipanen"]

1343440173344950613

[/caption] [caption id="attachment_196702" align="aligncenter" width="531" caption="Bangunan khas kampung Naga menghadap ke arah yang sama"]

13434402351233181772

[/caption] [caption id="attachment_196703" align="aligncenter" width="525" caption="Bahan untuk atap rumah di kampung Naga"]

1343440395277646029

[/caption] Kata temanku, orang-orang di Kampung Naga sekarang sudah lebih mulai membuka diri terhadap kehidupan di luar kampungnya. Meskipun begitu, sepertinya di Kampung Naga tidak diperbolehkan menggunakan listrik, soalnya saya tidak melihat ada kabel listrik di sana. Selain memiliki sawah, banyak dari penduduk yang memiliki kolam-kolam ikan. Para turis yang datang juga bisa menikmati pijat refleksi alami, dengan mencemplungkan kaki ke dalam kolam ikan. Ikan-ikan di kolam ikan tersebut otomatis akan berebutan untuk memakan kotoran/sel kulit mati yang ada di kaki kita.

[caption id="attachment_196704" align="aligncenter" width="525" caption="Pijat alami di kolam ikan"]

13434404711218254092

[/caption] Di atas kolam ikan, ada tempat untuk mengolah padi yang sudah dirontokkan dari tangkainya, saya tidak tahu namanya. Waktu itu terlihat seorang ibu tengah membersihkan beras dari gabahnya di atas sebuah tampah besar.

[caption id="attachment_196706" align="aligncenter" width="525" caption="Tempat mengolah padi"]

13434405911313142410

[/caption] Saya pikir dulu di Kampung Naga sama sekali tidak boleh memotret, tetapi ternyata hanya di wilayah tertentu saja seperti di makam leluhur mereka di hutan keramat yang terletak di belakang kampung tersebut. Kebetulan saya tidak berkunjung ke sana. Suasana di dalam perkampungannya sendiri tampak asri dan tenang. Kebanyakan warga asli membuat kerajian dan menjualnya kepada turis yang datang di teras-teras rumah. Saya sendiri membeli miniatur rumah panggung khas Kampung Naga sebagai kenang-kenangan. Beberapa ibu-ibu tampak sedang asyik ngobrol di depan rumah. Beberapa orang bocah laki-laki asyik bermain bola di halaman tanah rumah panggung. Di sana ada sebuah mushola yang cukup luas. Di depannya tampak sebuah bedug besar dan kentongan.

[caption id="attachment_196707" align="aligncenter" width="525" caption="Menunggu di teras rumah sang majikan"]

13434407041048369921

[/caption] [caption id="attachment_196708" align="aligncenter" width="525" caption="Kerajina khas Kampung Naga yang dijual di depan rumah penduduk"]

1343440798912912398

[/caption] [caption id="attachment_196709" align="aligncenter" width="525" caption="Anak-anak bermain bola di halaman rumah"]

13434408781516802721

[/caption] Berjalan-jalan di Kampung Naga memang menyenangkan, tetapi saya tidak bisa berlama-lama di sana karena hari semakin sore dan langit semakin gelap. Hujan mulai mengguyur saat saya dan teman mulai menaiki tangga menuju jalan keluar kampung. Meskipun kelelahan, tetapi saya tidak menghentikan langkah sampai tiba di mobil, karena hujan semakin deras. Kunjungan ke Kampung Naga ini begitu singkat, tetapi banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kearifan lokal masyarakat setempat. Mungkin hanya beberapa foto yang bisa saya bagikan, dengan kualitas yang tidak terlalu bagus, tetapi semoga bisa memberikan gambaran bagi yang belum pernah berkunjung ke sana.

[caption id="attachment_196710" align="aligncenter" width="450" caption="Foto di depan halaman mushola :-)"]

134344093611029815

[/caption] Semoga bermanfaat. Bogor, 28 Juli 2012 Dalam rangka berpartisipasi di  WPC-14 (photo jurnalism).



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline