Lihat ke Halaman Asli

Pantai Cantik di Selatan Malang

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14114325101474545165

Langit beranjak pekat. Rintik hujan mengiringi laju mobil menembus jalan aspal yang mulai gelap. Masih belum diketahui berapa jauh lagi akan sampai ke tujuan. Tak ada satupun dari kami yang pernah ke sini. Perjalanan hanya mengandalkan GPS, papan penunjuk jalan dan, dan bertanya-tanya pada penduduk yang dilewati.

Jalur sepanjang selatan Pulau Jawa memang memiliki topografi yang mirip. Jalan berliku-liku, menanjak dan menurun dengan tikungan yang landai maupun curam. Berkali-kali kami harus berhenti, sekedar menanyakan berapa jauh lagi perjalanan menuju pantai tujuan. Selalu jawabannya “wah masih jauh itu”. Makin lama jalan makin menyempit, sedangkan turunan dan tanjakan makin curam. Kondisi jalan sudah dicor dan diaspal tapi ada yang rusak di beberapa ruasnya. Untunglah salah satu teman kami bisa menjadi “sopir” tangguh, jadi tidak bermasalah dengan medan yang sesukar ini.

Pemandangan di kanan kiri gelap. Sama sekali tidak terlihat apapun kecuali siluet-siluet pepohonan yang membayang. Rumah pendudukpun tidak banyak. Tak tampak pula pengendara lain yang lewat situ, hanya sesekali saja. Terkadang cahaya lampu berkelap-kelip jauh dari arah bawah, lalu menghilang lagi, menandakan kami menerobos ketinggian bukit-bukit. Jalan semakin berliku seolah tiada berujung. Suara ombakpun sama sekali tak terdengar. Kaca mobil seketika berembun. Mungkin udara di luar sangat dingin. Kalau dipikir-pikir horor juga sih, kami bertujuh di mobil seperti berpetualang memasuki kawasan hutan asing. Tapi kami sudah tidak mungkin balik arah lagi. Jadi perjalanan harus diteruskan sampai tempat tujuan.

Malam terasa makin melelahkan, ditambah perut keroncongan karena belum diisi. Beberapa dari kami tertidur di dalam mobil. Setelah tanya sana-sini dan melewati jalan turunan yang cukup panjang dan curam akhirnya kami sampai juga. Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam. Rencana nge-camp di pulau malam itupun akhirnya batal. Padahal sudah menyiapkan tenda dan membeli bahan makanan untuk dimasak. Kamipun terpaksa bermalam di salah satu rumah kosong milik warga daerah situ. Tetapi acara memasak tetap jalan karena kami sama sekali belum makan malam. Lagipula untuk perbekalan esok paginya. Meskipun dilakukan seadanya sambil mengantuk. Lewat tengah malam kami baru bisa istirahat.

*****
Ahaa…pagi yang cerah. Jalan gelap yang kami lalui tadi malam terlihat dengan jelas. Ternyata di daerah itu banyak sekali pohon cengkeh dan pisang. Jarak pantai dan rumah tempat kami menginap tidak terlampau jauh. Kami tinggal berjalan kaki beberapa ratus meter di atas jalan yang sudah dicor. Samar-samar debur ombak mulai terdengar.

Benar saja, tak berapa lama kami sampai di sebuah pantai. Agak sempit sih, mungkin lebih cocok disebut teluk karena agak menjorok ke dalam. Ombaknya agak tinggi. Bergulung ke arah pantai sebelum akhirnya pecah dan menghantam batu karang di pinggiran pantai. Buih-buihnya menepi di atas pasir halus yang kecoklatan. Menghasilkan warna putih seperti sabun. Cocok banget buat yang ingin belajar berselancar. Di sekeliling pantai tampak bukit-bukit yang masih banyak ditumbuhi pepohonan. Suasana terasa sangat asri. Pantai ini benar-benar sepi, seperti milik pribadi saja. Tak ada orang lain selain kami dan penduduk setempat. Di pinggir pantai ada sisa kayu bakar, mungkin ada yang nge-camp di sini kemarin. Beberapa kapal kecil bersandar di tepian.

[caption id="attachment_343881" align="alignnone" width="602" caption="Pemandangan di pinggiran teluk (Dok. Yani)"][/caption]

[caption id="attachment_343883" align="alignnone" width="614" caption="Bukit-bukit di sekeliling pantai (Dok. Yani)"]

14114326571423496025

[/caption]

[caption id="attachment_343884" align="alignnone" width="614" caption="Belajar berselancar (Dok. yani)"]

1411432734180958540

[/caption]

Setelah bermain pasir dan air, serta berfoto, kami harus berperahu untuk melihat spot-spot yang jadi tujuan wisata di daerah situ. Perahu melaju kencang di tengah gulungan ombak yang agak besar. Maklumlah pantai selatan. Tapi jangan ditanya pemandangannya ya, wuih…cakep abis. Di kanan kiri, pulau-pulau kecil membentuk bukit dan batu karang di tengah laut berdiri dengan kokohnya di antara terjangan air laut. Warna airnya biru bersih. Perahupun berhenti di sisi pulau yang airnya tenang. Warnanya hijau toska, bening banget. Katanya kedalamannya sekitar 6 meter, dan terumbu karangnya alami. Cantik dan kelihatan seger banget. Satu per satu temanku nyemplung ke dalam air. Maunya sih ikutan nyebut, tapi gak berani karena gak bisa berenang. Jadi saya hanya memperhatikan dan memotret dari atas perahu.

[caption id="attachment_343893" align="alignnone" width="542" caption="Asri (Dok. Yani)"]

1411433529853963530

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline