Lihat ke Halaman Asli

Aryanda Putra

Jika Kesalahan dan Kebenaran bisa untuk didialogkan, kenapa harus mencari-cari Justifikasi untuk pembenaran sepihak. Association - A Stoic

THE NEW OTTOMAN SULTAN

Diperbarui: 1 Juni 2023   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Erdogan 'the new ottoman sultan' , pixabay.com

“Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar”

Pekikan Takbir berkumandang riuh di Hagia Sophia Mosque pada saat Seseorang memasuki ruangan yang pernah menjadi tempat suci bagi Kekristenan Katholik pada era Bizantium beberapa abad lalu. Lantunan indah ayat suci Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 1-5 bersenandung damai diiringi sahutan “Allah..Allah” oleh Jamaah yg mendengarkan. Suara tartil itu terdengar serak namun tegas yang keluar melalui bibir seorang lelaki yg hampir berumur 70 tahun. Dia lah sang pemenang, seorang yang  dijuluki sebagai "the New Ottoman Sultan" atau raja baru Turki Ustmani, pria itu bernama Recep Tayyip Erdogan.

Senin 29 Mei 2023, sekitar jam 10 malam ketika hendak mematikan HP pada waktu menjelang tidur, seketika saya terhenti pada sebuah postingan yang cukup menggugah ketertarikan saya untuk melihatnya disebuah aplikasi media sosial mainstream, saya menyaksikan sebuah konten yang menampilkan euforia kemenangan dan antusiasme penuh kebahagiaan. Layaknya sebuah pertandingan ada yang menang dan ada yang kalah. Pemenang bersuka cita sedang kan yang kalah bersuka duka. Euforia itu adalah tentang sebuah kemenangan dari Erdogan dalam Pemilihan putaran kedua Presiden Turki 2023 ini. Erdogan nyaris menang di putaran pertama pemilihan presiden Turki pada 14 Mei lalu dengan meraih 49,52 persen suara, membuka jalan bagi putaran kedua. Euforia kemenangan ini cukup berkesan, meski saya tidak sempat hadir, hihihi...tapi perasaan itu sampai dan dapat saya rasakan.

Recep Tayyip Erdogan adalah seorang politikus Turki yang memainkan peran kunci dalam politik Turki selama beberapa dekade terakhir. Ia menjadi Perdana Menteri Turki pada tahun 2003 dan kemudian menjadi Presiden pada tahun 2014 setelah adopsi sistem presidensial Turki yang baru. Recep Tayyip Erdogan telah mencatat sejarah di Turki dengan menjadi presiden yang berhasil memenangkan tiga periode berturut-turut. Kemenangan ini mencerminkan dukungan yang kuat dari sebagian besar rakyat Turki, serta menunjukkan pengaruh yang signifikan yang dimiliki Erdogan dalam politik negara tersebut.

Kemenangan Erdogan dalam tiga periode berturut-turut mencerminkan popularitas dan dukungan yang besar di kalangan rakyat Turki. Pada pemilihan presiden pertamanya pada tahun 2014, ia memperoleh suara mayoritas dengan janji-janji untuk memperkuat ekonomi, meningkatkan infrastruktur, dan mempromosikan stabilitas politik. Pada pemilihan berikutnya pada tahun 2018, ia mengamankan masa jabatan kedua sebagai Presiden, menunjukkan kekuatan dan dominasinya di panggung politik Turki.

Pada tahun 2023, Erdogan berhasil meraih kemenangan dalam pemilihan presiden ketiga, yang menandai keberhasilannya sebagai pemimpin yang memimpin negara selama lebih dari satu dekade. Kemenangan ini menunjukkan keberlanjutan popularitas Erdogan dan juga mendapat dukungan dari basis pemilih yang luas di Turki.

Bagi saya selaku pengamat geopolitik awam dan ecek-ecekan hehehe... (anggap saja begitu) yang cukup asik mengamati dan mengikuti “game’s of throne” nya elit Internasional, terkhusus Turki yang cukup menjadi perhatian bagi saya karna ada kesan tersendiri untuk negara yang satu ini selama beberapa tahun belakangan, boleh dong ikut memberikan pandangan. Setuju atau tidak saya kembalikan ke pembaca yang bijaksana.

Menurut hemat saya, setidaknya secara umum ada 2 fakta menarik bagi saya yang menjadi perhatian khusus berkaitan dengan kemenangan Mak Er’ (panggilan akrab saya dengan Mr. Erdoĝan) ini;

Pertama, Tanggal kemenangan Erdogan menjadi presiden untuk tiga periode di Turki adalah 29 mei 2023. Erdogan memenangkan pemilihan presiden di Turki dan secara resmi menjadi presiden untuk ketiga kalinya. Ini merupakan momen penting dalam sejarah politik Turki karena Erdogan menjadi presiden pertama yang memegang jabatan tersebut untuk tiga periode berturut-turut.

Sementara itu, perlu diingat kembali tanggal pembebasan Konstantinopel adalah 29 Mei 1453. Pada tanggal tersebut, pasukan Utsmaniyah yang dipimpin oleh Sultan Mehmed II berhasil merebut Konstantinopel dari Kekaisaran Bizantium yang dipimpin oleh Kaisar Constantine XI (Duuuh...seketika teringat film ‘Fetih 1453’). Pembebasan Konstantinopel menjadi peristiwa yang sangat penting dalam sejarah, karena menandai berakhirnya Kekaisaran Bizantium dan pendirian Kesultanan Utsmaniyah yang berkuasa di wilayah tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline