Lihat ke Halaman Asli

Gotong Royong, Warisan Budaya yang Hampir Punah

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dunia boleh berubah tapi warisan sejarah harus tetap kita jaga dan lestarikan, jangan sampai kejadian kemarin terulang kembali. Saat kebudayaan kita di klaim oleh Negara lain kita baru berkoar-koar mempertahankan kebudayaan kita. Sudah saatnya kita berbenah dan ikut melestarikan walau dalam lingkup yang kecil seperti keluarga. Agar timbul kesadaran dari anak-anak kita tentang pentingnya menghargai dan melestarikan kebudayaan nenek moyang bangsa Indonesia. Lihatlah generasi muda sekarang , sedikit sekali yang mau mempelajari dan melestarikan kebudayaan bangsa sendiri tapi lebih suka dengan kebudayaan luar negri, biar dikatakan lebih modis, gaul dan lebih modern. Padahal kebudayaan Indonesia bemacam ragamnya, kalau saja kita mau berinovasi, juga bisa lebih modis,gaul dan modern.
Salah satu kebudayaan dan termasuk pondasi Negara yang hampir punah adalah gotong royong. Tak pernah lagi kita temui senyum ramah penduduk yang penuh ketulusan dan persahabatan di wajah mereka yang. Tapi kini yang ada wajah penuh kecurigaan atas orang-orang yang tidak mereka kenal, walau masih ada sebagian yang memperlihatkan senyum ramah penuh persahabatan. Coba tengok sebentar di pemukiman sekitar kita, masih adakah masyarakat yang menggalakkan system gotong royong. Kalaupun ada, itu dilakukan karena terpaksa tidak enak dengan lingkungan. Sementara dengan tetangga kita sendiri aja terkadang tidak pernah tau siapa namanya. Rasa individualisme mulai merasuk kedalam diri kita sehingga kita mulai acuh tak acuh terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitar kita.
Padahal dengan bergotong royong kita mampu mengikat rasa persaudaraan dan rasa saling memiliki dan menghormati segalah perbedaan diantara kita. Jika ada diantara saudara kita yang kesusahan kita juga ikut merasakan kesusahannya, sehingga kita bahu membahu meringankan kesusahan yang mereka alami tanpa mengharapkan pamrih sedikitpun.
Lihatlah sekarang rasa individualisme lebih mendomisasi pribadi dan para pejabat kita. Kalaupun masih ada system gotong royong pada pejabat kita tapi selalu bersifat negative yaitu bergotong royong dalam mengkorupsi uang rakyat.
Semoga negeriku mampu bangkit dari keterpurukan dan menghidupkan kembali system gotong royong yang kini hampir punah ;
Jayalah Indonesia ku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline