Lihat ke Halaman Asli

Aku Masih Ingin Bercinta

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[sebelumnya]

Bendera perang tlah ditancapkan, dan genderang tlah di kumandangkan.

Bara api Kemarahan trus menyulut seakan tak bisa dipadamkan.

Tombak-tombak Permusuhan, tlah siap menusuk ke ulu hati yang paling dalam.

Batu-batu Kebencian siap dilontarkan, tuk menghacurkan bunga-bunga perdamaian.

Dan serbuk kesalafahaman tlah ditebarkan, tuk menghipnotis semua kesadaran.

***

"kau laki-laki pembohong..!! munafik. !!" puspa yang sedemikian marahnya trus melontarkan kata-kata makian tanpa henti.

"kau wanita yang egois, puspa. !!" sanggah penjaga malam tak mau kalah.

"Dari dulu kau tlah tahu siapa aku sebenarnya. !! cuma seokor punguk yang merindukan bulan."

"aku tak pernah bermimpi tuk tidur dalam hatimu, puspa. !!"

"kata-kata mu masih kusimpan rapih.!! Bintang lebih baik dari Aku, dan Dia yang terbaik buat kamu.!!"

Puspa trus berlari menjauhi si penjaga malam, tanpa peduli.

Puspa kembali menangis, dan merobek semua lembar-lembar kasih sayang yang tlah dirasakan.

Dan kembali menangis.

Kebencian puspa begitu mendalam. seakan begitu sulit tuk bisa memaafkan.

Begitu besarnya kah, rasa kebencian mu padaku.. ? pernah kah aku mengeluh puspa.?

"Puspa… , Aku merasa sepi, saat kau jauh dari pelukan. Ku tak lagi bisa menari di atas awan."

"Puspa…, bila ini memang mau mu, berlarilah… dan terus berlari. Dan jangan pernah kau hiraukan Aku lagi. semoga suatu saat kita kan bisa bersatu salam pelukan dan menari di atas awan lagi."

Terima kasih puspa, kau ajari aku bercinta dan menari di atas awan. Kau ajari aku, tuk bisa mengerti seorang wanita. Mengerti akan seorang wanita angkuh sepertimu.

"Puspa… , berikan aku kekuatan tuk bisa melupakanmu." walau sulit bagi ku.

Melupakanmu sama sulitnya, bagai mengingat seseorang yang tak pernah ku kenal.

Sudahlah.. jangan kau hiraukan air mata yang tlah jatuh. Aku adalah aku. ku kan tetap menjadi Penjaga Malam yang terus berjuang mengejar matahari. Seorang kesatria yang kan menebas parasit-parasit kebencian tuk menebar bunga kedamaian sebagai seorang Arya Kamandanu. Karena aku.... aku masih ingin bercinta.

Kini tubuhku melunglai, umpat ku dalam hati.

Kau tak bisa kucintai, kau hanya ku kagumi.

***

Spesial thx to : Kit Rose, yang mendorong ku tuk menulis sepenggal cerita seorang Penjaga Malam. Dan atas ijinnya menggunakan nama Puspa sebagai duplikat dari seorang “sephia”. Mariska Lubis, yang mengajari ku bagaimana cara menulis. Bagindang dan Permaisuri yang penuh kearifan dalam memimpin Negeri Ngotjoleria. Para Panglima, Adipati dan para Punggawa sampai Prajurit-prajurit Kompasianer yang gagah berani, terus berjuang tanpa henti. Because of you, you are my inspiration.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline