Lihat ke Halaman Asli

Aryadi Noersaid

TERVERIFIKASI

entrepreneur and writer

Catatan Tepi: GAGAS-RI, Indonesia Mini di Studio Satu

Diperbarui: 31 Januari 2023   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Surat undangan dari CEO Kompas dan Gramedia media mas Andy Budiman yang dikirimkan empat hari lalu membawa saya ke lobby menara kompas. Layaknya tamu yang konon disebut ekslusive dan terbatas saya bertemu beberapa penulis dan pegiat beberapa komunitas yang memang terbatas. Saya sendiri tak paham mengapa saya bisa masuk kualifikasi dalam kumpulan orang-orang ini.

Hidangan yang disajikan sebelum kita terlibat dengan acara diskusi yang bertajuk GAGAS-RI terhidang di lobby depan. Siomay, Bakso Malang, Sate ayam dan aneka penganan kecil yang maknyus berhasil membekali perut setiap peserta diskusi sebelum mengarungi paparan dan dialog orang-orang kompeten selama dua setengah jam.

Di studio yang dingin namun hangat, acara dimulai oleh para punggawa Kompas TV lalu dilanjutkan paparan dari KH Yahya Cholil Staquf ketua umum PBNU selama dua puluh lima menit. Habib Husein Jafar, S.Fil.I M. Ag, Prof. Dr. Frans Magnis Suseno dan Abdul Malik Gismar, PhD duduk berseberangan untuk menyimak dan memberi tanggapan.

Kyai Yahya memaparkan bagaimana Agama dan Keindonesiaan telah menjadi sesuatu yang diperjuangkan dalam setiap langkah Nahdatul Ulama (NU) hingga menginjak usia 100 tahun. Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam memahami keberagaman, jauh lebih awal dari apa yang digaungkan oleh bahkan negara sesuper power Amerika Serikat.

Paparan selama dua puluh menit itu ringkas, padat dan berisi substansi yang tidak melebar. Dimana PBNU menjadi lokomotif penggerak bagi terciptanya harmoni antara Islam dan keyakinan lainnya dalam membangun Indonesia.

Tiga panelis memberikan apresiasi dengan memberikan tanggapan atas apa yang disampaikan Ketum PBNU. Ketiganya mengamini bahwa Indonesia akan baik-baik saja meskipun tak memungkiri bisa bubar juga jika tak menjaga harmoni antara Agama dan Berbangsa. Politik identitas dan intoleransi yang marak di sosial media harus dinetralisir dengan narasi yang baik diruang-ruang publik.

Dua setengah jam rasanya berlalu begitu cepat, banyak hal yang bisa disimak lewat buah pikiran para nara sumber dan panelis serta para audiens yang diundang dengan tajuk undangan terbatas dan eksklusive.

Dari diskusi dimana saya diundang itu, terasa pesan Jacob Oetama sang pendiri Kompas hadir dalam ruangan studio satu itu meskipun beliau sudah berpulang.

-Indonesia kecil atau Indonesia mini menjadi ideologi yang terus dikembangkan-

Selayaknya, Indonesia dijaga, diselaraskan dan dilestarikan mulai dari lingkup keluarga. Semua pesan itu berhasil saya simak dalam program diskusi yang dinamakan GAGAS-RI.

Terima kasih kompas atas undangannya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline