Peci hitam di kepala ini sudah berkali-kali naik dan turun dari ujung kepala saya karena gelisah menanti rombongan yang tak kunjung tiba. Waktu sudah menunjukpukul sebelas siang, mundur tiga puluh menit dari yang seharusnya di rencanakan. Pagi itu saya menanti rombongan kakak tertua yang dalam skenario akanmenjadi juru bicara dari suatu moment terpenting dalam hidup saya yaitu melamar calon istri.
Tak henti telephone di tangan memanggil beberapa kali nomor di seberang sana namun tak ada satupun yang mengangkatnya, entah mengapa padahal mestinya mereka menjawab alasan keterlambatan itu dan kami bisa mengaturskenario lain jika mereka gagal datang sesuai batas waktu yang kami rencanakan. Saya membayangkan kesibukan di rumah calon istri yang mungkin saja sudah mengumpulkan sanak-famili dan tetangga untuk menyambut rombongan kami.
Tepat tiga puluh lima menit terlewat dari jadwal,telephone genggam berdering dan dari seberang sana terdengar keluhan diantara bising kendaraan yang lewat di sebuah jalan.
“Mobilnya mogok, sepertinya ada masalah di kelistrikan, semua indikator mati!” suara dari seberang sana mengkhawatirkan saya.
“Waduh..berarti akinya mas, terus gimana ini, bisa didorong apa tidak?” tanya saya.
“Sudah dicoba, tapi tak bisa, ini jalan Tol, bahaya kalau dorong-dorong mobil, sebentar lagi pasti ada Derek yang datang, jadi kitamungkin terlambat cukup lama nantinya!” sahut kakak saya. Alamak!!!, berarti acara lamaran bisa berantakan. Dalam keluarga, yang memungkinkan untuk bisa memiliki kemampuan bicara menghadapi acara seperti ini memang hanya kakak tertua saya, sedang yang lain dalam status meragukan.
“Jadi sekarang ada di Tol mana, pakai mobil apa?” tanya saya lalu kakak saya menyebut lokasi dan mobil yang ia pakai.
“Kalau begitu kita datang kesana secepatnya, lagipula itu satu jalan dengan arah tempat kediaman calon istri saya, nanti kita datang, tunggu saja!” seru saya bergegas, dan ‘klik’ diseberang sana menutup pembicaraan.
Karena tak ada waktu untuk membeli aki baru, satu persatu kami menggedor pintu tetangga yang memiliki mobil yang sama dengan kendaraan yang digunakan kakak saya, beruntung satu rumah diujung jalan tak berniat keluar rumah dan bisa meminjamkan mobilnya. Namun kami bukan meminjam mobilnya melainkan meminjam aki mereka untuk dibawa, Aki yang “Ready to use” siap untuk dipakai.
“Aki ini sudah satu tahun lebih lho mas Ary!” Cetus tetangga saya.
“Tapi masih hidup kan pak?” Tanya saya disambut anggukan kepala.
Dalam lima menit, atas kebaikan mereka, Aki GS Astra yang tersemat dalam kompartemen mesin dicopot dan kami masukan kedalam kardus bekas dengan hati-hati lalu membawanya kedalam mobil rombongan dan bergegas pergi membawa aki tersebut. Bayangan wajah resah di rumah calon istri menghantui saya, mereka pasti menanti calon pengantin dengan tanda tanya meskipun saya telah memberitahu mereka masalahnya.
Tiba di pingir jalan Tol, sebuah kendaraan derek tengah siap menanti di belakang kendaraan kakak saya dan tepat pada waktunya mereka mau mengerti serta memberi kesempatan untuk dilakukan pengantian aki tanpa harus di Derek terlebih dahulu.
Cukup sederhana prosesnya, aki abal-abal yang ada di kompartemen mesin kakak saya diganti segera dengan aki GS Astra yang meski bekas dari kendaraan lain tapi mampu serta merta memutar motor starter dan menghidupkan mesin kendaraan yang lebih satu jam lamanya tanpa daya hanya karena satu benda kecil yang tak disadari merupakan nyawa dari segala yang ada dalam mobil kakak saya tersebut.
“Aki ini baru saya beli empat bulan lalu, murah memang, tapi kalau tahu umurnya singkat begini dan membawa susah mending cari aki yang jelas merk dan pabriknya!” ujar kakak saya menggerutu.
“Itu aki pengganti sementara, saya pinjam dari tetangga, kebetulan mobilnya sama jadi jenis dan besarnya pasti sama. Merknya GS astra sama seperti yang saya pakai di mobil saya mas, kalau beli ya merk GS astra tapi pastikan juga GSnya yang asli produk astra otoparts karena mungkin karena aki ini bagus banyak juga yang berusaha memalsunya!” ujar saya, seraya bergegas menuju mobil lalu bersama rombongan menuju rumah calon istri saya yang pasti telah menunggu acara lamaran yang seharusnya berlangsung sejam sebelumnya. Kendaraan kakak saya melaju di belakang dengan aki pinjaman, tanpa hambatan.
Kami tiba di kediaman calon istri bersama-sama dan meskipun terlambat kakak saya mampu memecahkan suasana tak enak karena terlambat dengan canda segar sebelum ia menyampaikan maksud kedatangan kami untukmeminta persetujuan calon mertua saya agar menerima saya sebagai menantu mereka. Dengan lugas kakak saya mengatakan pada seluruh hadirin:
“Saya memastikan adik saya ini lelaki tulen, orisinil dan bertanggung jawab, tidak seperti aki di mobil saya yang abal-abal…hahahaha!” kakak saya tertawa di sambut hadirin yang duduk melingkar di ruang tengah, saya hanya tersenyum, menjaga sikap karena masih berhadapan dengan calon mertua yang bisa saja bilang menerima atau menolak.
Syukurnya acara berjalan lancardan saya diterima sebagai menantu yang baik hingga kini.
Saran saya pada semua orang, pakailah yang orisinil dan handal kalau urusan aki, apalagi disaat menghadapi acara penting dalam hidup seperti melamar, wisuda, interview kerjaatau pernikahan. Mau tahu yang orisinil seperti apa? Anda cukup cari informasi itu di :
Sampai hari ini, mobil yangsaya miliki dicatu daya oleh aki GS Maintenance Free, karena untuk urusan aki saya tak pernah lepas dari dua huruf yang mudah diingat, yaitu GS Astra. GS Astra terbukti menjaga perjalanan keluarga selama empat belas tahun pernikahan yang saya jalani.
Inilah gambar GS Astra MF yang tersemat di mobil kami sekeluarga, selama ini tak sekalipun kami mengalami kegagalan atau mogok hanya karena masalah kecil yaitu Aki.
[caption id="attachment_218399" align="aligncenter" width="922" caption="Aki GS di mobil kami"][/caption]
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H