Suatu hari, saya berbincang dengan seorang teman, ia adalah salah satu dosen senior di sebuah universitas negeri di Denpasar. Dalam percakapan kami, ia menyampaikan pandangannya tentang perbedaan cara berpikir antara generasi sekarang dan generasi sebelumnya. "Anak-anak sekarang kurang terlatih dalam berpikir logis," ujarnya serius. "Mereka lebih mudah menerima informasi tanpa banyak bertanya mengapa atau bagaimana."
Pernyataannya membuat saya terdiam sejenak. Saya setuju, tetapi juga merenungkan kenyataan bahwa banyak mahasiswa, bahkan orang dewasa, belum sepenuhnya menyadari betapa pentingnya logika dalam kehidupan sehari-hari.
Logika sebenarnya sangat erat kaitannya dengan matematika. Keduanya membentuk pola pikir sistematis. Sayangnya, banyak orang yang memandang matematika sebagai ilmu rumit dan sulit, penuh dengan angka dan rumus yang sulit dimengerti. Padahal, jika dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, matematika bukan hanya tentang hitung-hitungan.
Matematika mengajarkan kita cara berpikir logis, memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang tepat. Kemampuan tersebut sangat kita perlukan, baik di ruang kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana pernah dikatakan oleh Immanuel Kant, "A science is exact only insofar as it employs mathematics." Matematika adalah alat yang membantu kita memahami dunia dan memecahkan berbagai persoalan. Tidak heran jika matematika disebut sebagai "Mother of all sciences," induk dari semua ilmu pengetahuan. Tanpa dasar logika yang diajarkan melalui matematika, banyak hal dalam hidup akan terasa lebih sulit untuk dipahami.
Namun, penting untuk diingat bahwa matematika bukan sekadar angka atau rumus yang perlu dihafal. Bagi banyak siswa, matematika sering terasa sulit karena diajarkan sebagai teori abstrak yang jauh dari realitas. Di sinilah peran guru menjadi sangat penting, menghubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. Ketika siswa melihat bagaimana matematika dapat membantu memecahkan masalah nyata, siswa akan menghargai nilai ilmu ini.
Sering kali, matematika hanya dipahami sebagai hitungan yang rumit. Akibatnya, rasa ingin tahu siswa tidak terbangkitkan. Padahal, matematika lebih dari sekadar angka, Matematika melatih kita untuk berpikir kritis, menemukan pola, dan membuat keputusan berdasarkan fakta. Sayangnya, metode pengajaran yang terlalu berfokus pada hafalan sering mengabaikan esensi ini.
Matematika sebenarnya selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari, meski sering tidak kita sadari. Saat kita merencanakan anggaran belanja, menghitung waktu perjalanan, atau memastikan uang kembalian di toko, kita menggunakan konsep matematika. Bahkan, ketika kita menggunakan media sosial. Membatasi waktu penggunaan media sosial dengan logika “jika-maka” bertujuan untuk menjaga produktivitas kita.
Matematika juga melatih kita untuk berpikir kritis dalam menyaring informasi yang kita terima. Dengan menerapkan logika dan penalaran sistematis, kita dapat lebih cermat memilah fakta dari opini, menghindari jebakan hoaks, dan menilai relevansi informasi terhadap kebutuhan kita. Kemampuan ini menjadikan matematika bukan sekadar alat hitung, tetapi juga panduan untuk berpikir jernih dan logis di tengah derasnya arus informasi.
Paradigma umum yang sering kita dengar adalah bahwa matematika penting untuk mendapatkan nilai atau skor yang tinggi di sekolah, yang kemudian membuka jalan menuju karier yang sukses. Namun, nilai sejati matematika sebenarnya lebih dalam dari itu. Matematika mengajarkan kita bagaimana menghadapi masalah, berpikir kritis, dan menjadi individu yang rasional. Dengan memahami matematika, kita tidak hanya memperkuat kemampuan berpikir, tetapi juga mempersiapkan diri untuk bertahan dan berkembang dalam dunia yang penuh dinamika ini.
Tantangan besar bagi para pengajar saat ini adalah bagaimana menjadikan matematika lebih menarik, relevan, dan menyenangkan bagi siswa. Untuk itu, pengajar perlu menghadirkan pembelajaran yang tidak hanya berisi teori, tetapi juga menghubungkan konsep matematika dengan pengalaman nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ketika siswa dapat melihat manfaat nyata dari matematika, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar dan mengapresiasi ilmu ini. Mampukah kita menjadikan matematika bukan sekadar pelajaran di kelas, tetapi juga bekal hidup yang membangun cara berpikir kritis dan logis?