Lihat ke Halaman Asli

Arya Agusta

Pelajar di Sman 1 Semarang

Semangat Perjuangan Puputan Margarana yang Menginspirasi Generasi Muda

Diperbarui: 25 Mei 2023   18:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar (kompas.com) 

Puputan Margarana terjadi pada tanggal 20 November 1946 yang dipimpin oleh Letkol I Gusti Ngurah Rai. Puputan Margaran menjadi salah satu perang terbesar di Indonesia setelah terjadi kemerdekaan, dikarenakan saat terjadi peperangan para masyarakat Bali berprinsip untuk terus melawan pasukan Belanda dan pantang menyerah sebelum Belanda kalah, dan didalam pertempuran I Gusti Ngurah Rai berteriak "Puputan" dengan penuh semangat yang artinya habis-habisan. Para pasukan yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai maju melawan Belanda sampai titik darah penghabisan mereka. 

Kronologi Puputan Margaran Didalam buku Sudarmanto "Jejak-Jejak Pahlawan" (2007) menuliskan bahwa I Gusti Ngurah Rai membentuk Batalion bernama Ciung Wanara untuk menghadapi Belanda (Kompas.com). Pada awalnya I Gusti Ngurah Rai beserta pasukannya menyerang markas Belanda yang berada di Tabanan, Bali. Hal ini membuat Belanda murka terhadap Bali dan mengerahkan pasukannya untuk mengepung Bali terutama di daerah Tabanan. Serangan terjadi pada tanggal 20 November 1946 di pagi hari, pasukan Belanda memulai serangan dengan menembaki pasukan Bali yang waktu itu masih minim persenjataan sehingga mereka tidak dapat melakukan serangan balik terhadap Belanda. 

Sekitar pukul 9 pagi pasukan Belanda mulai mendekati area markas pasukan Bali, namun tak lama kemudia terdengar suara tembakan, rupanya para pasukan Belanda sebanyakan 17 orang berhasil di tembak mati oleh pasukan Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai. Belanda pun mulai mengerahkan seluruh kekuatan dan berbagai aksi untuk membalas pasukan Ciung Wanara, namun seluruh aksi dan kekuatan berhasil ditangkis oleh pasukan Ciung Wanara yang membuat Belanda kewalah untuk menghadapinya dan memilih mundur ke belakang untuk menghindari pertempuran. Lantas hal ini menjadi kesempatam bagi I Gusti Ngurah Rai beserta pasukannya untuk melarikan diri.

Akibat dari kekalahan pasukan I Gusti Ngurah Rai pada Puputan Margana membuat Belanda semakin semangat untuk melaksanakan aksi dan tugasnya yaitu mendirikan Negara Indonesia Timur (Kompas.com).

Dalam peristiwa itu anggota yang dibawa I Gusti Ngurah Rai gugur berjumlah 69 orang sedangkan pasukan Belanda 400 orang tewas dalam peperangan tersebut, namun rakyat tidak menarik langkahnya untuk berhenti berjuang karena upaya Belanda kembali kandas setelah Indonesia menjadi negara kesatuan pada tahun 1950. Salah satu akibat dari perang Puputan Margarana yaitu banyak memakan korban jiwa, sebagian besar berasal dari Bali sendiri. Warga bersama I Gusti Ngurah Rai bersusah payah melawan Belanda demi mempertahankan pulau Bali, dalam pertempuran ini pun I Gusti Ngurah Rai harus mengorbankan nyawa nya sendiri. 

Sejak saat itu setiap tanggal 20 November rakyat Bali akan memuliakan Hari Puputan Margarana dan mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur membela bangsa dan negaranya. Dari peristiwa tersebut kita sebagai anak dan penerus bangsa harus dapat menghargai jasa para pahlawan karena kita bisa hidup damai seperti sekarang karena usaha dari mereka yang tidak berhenti meskipun di terpa segala rintangan yang dihadapi, serta sebagai anak bangsa kita wajib menjunjung tinggi rasa nasionalisme dan cinta tanah air.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber -- sumber yang kami ambil meliputi sebagai berikut :

https://regional.kompas.com/read/2022/07/23/185325878/puputan-margarana-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak?page=all&_gl=1*2702mq*_ga*YW1wLUZ2cTUxWnNfSFRlTEhqbkROUEI1eGc.#page2

https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/16/131749269/puputan-margarana-pertempuran-rakyat-bali-mengusir-belanda?page=all

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline