Di era digitalisasi saat ini peran media sosial sangatlah penting bagi masyarakat atau para pengguna media sosial karena dari situlah mereka mendapatkan informasi-informasi terbaru tentang peradaban dunia ini. Terlebih pada saat ini banyak orang orang yang lebih cenderung tertarik terhadap hal yang lebih praktis seperti smartphone yang bisa menjadi alternatif lebih mudah dan bisa dipakai kapan saja dan dimana saja walaupun sedang melakukan aktivitas apapun dari pada harus menggunakan media lainnya seperti menonton televisi yang hanya bisa dijangkau saat berada dirumah. Penggunanaan smartphone juga membuat para generasi saat ini bisa lebih luas bagi mereka untuk menjangkau apa yang mereka inginkan ditambah dengan munculnya berbagai platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok, informasi dapat tersebar luas dalam hitungan detik.
Perkembangan berita pada jejaring media sosial juga pada dasarnya lebih cepat didapatkan karena tidak memerlukan proses yang lama, seperti seakarang dengan adanya citizen journalism. Dari situ dapat dikatakan bahwasanya siapun bisa memberikan informasi melalui banyak platform dari media sosial, selain itu kesalahan dalam penulisan atau penyampaian berita pada media sosial cenderung bisa di revisi lebih cepat dibandingkan dengan kesalahan yang didapat pada media massa seperti koran atau televisi yang cenderung membutuhkan proses untuk mengrevisinya.
Mengutip dari jurnal kajian Lembaga Ketahanan Nasional (2022) Jumlah pengguna internet di Indonesia diproyeksikan mencapai 175 juta orang pada tahun 2019, atau sekitar 65,3% dari total 268 juta penduduk. Media sosial telah dieksploitasi untuk penyebarluasan hoax, hate speech dan sentimen SARA. Penyebarluasan hoax melalui media sosial ini cenderung tidak mempertimbangkan dampak harmoni sosial yang ditimbulkan. Penyebarluasan konten negatif seperti hoax di media sosial semakin masif karena masyarakat di era post-truth lebih mudah menerima sentimen personal seperti agama dan ras, dibandingkan fakta.
Sebagai seorang pengguna media sosial kita dituntut untuk cerdas dalam membaca dan memfilter berita-berita tersebut dari media sosial karena mengerucut ke Indonesia, Facebook masih menjadi media sosial yang paling sering ditemukan konten hoaks oleh masyarakat menurut laporan Kemenkominfo RI bersama Katadata Insight Center (KIC), dengan persentase mencapai 55,9% pada 2022.
Mengutip dari jurnal Pengabdian NasionalVol.01,No.03,Tahun (2021) literasi media masyarakat nitizen masih tergolong rendah. Sementara, setiap saat masyarakat nitizen diberondong oleh melimpahnya informasi melalui media sosial. Mengingat informasi di media sosial didominasi oleh berita hoax, dipandang sangat perlu literasi media masyarakat ditingkatkan agar mampu menilai dan mengenali kadar kebohongan (hoax) berita atau informasi yang diterimanya setiap saat di media sosial tersebut.
Contoh lain untuk saat ini media sosial yang paling populer digunakan yaitu tiktok yang juga menjadi sumber penyumbang hoax terbanyak pada media sosial. Tiktok yang membuat generasi saat ini menjadi lupa waktu jika sudah membukanya. Karena banyak tren kekinian yang mulai muncul pertama kali dari aplikasi tersebut. Tak hanya itu berita-berita yang kita tidak tahu kebenarannya juga menjadi banyak tersebar dalam platform digital tersebut. Oleh karena itu dalam era digital yang semakin berkembang kita sebagai masyarakat yang menjadi konsumen utama media sosial literasi digital memungkinkan kita sebagai masyarakat kekinian perlu mampu membedakan antara informasi yang akurat dan yang tidak akurat selain itu kita juga harus sadar diri bahwa apa yang kita bagikan atau mereka bagikan dapat memiliki dampak jangka panjang baik secara positif maupun negatif terhadap diri kita maupun orang lain.
Mengutip dari Pengembangan Penelitian Pengabdian Jurnal Indonesia, Vol.1, No.4, November 2023 literasi digital adalah kemampuan untuk menemukan, memahami, dan menggunakan informasi digital dari berbagai sumber. Literasi adalah bagian penting dari pendidikan karena membantu orang belajar lebih banyak tentang topik tertentu, lebih ingin tahu, dan lebih kreatif. Literasi digital juga sangat penting untuk menghadapi semakin banyaknya sumber informasi digital. Orang-orang harus memilah-milah banyak informasi dan memilih apa yang relevan dengan situasi nyata karena teknologi berubah begitu cepat. Kebanyakan orang meragukan apa yang mereka dengar di media karena mereka mendengar begitu banyak hal yang berbeda.
Menangkal disinformasi di media sosial membutuhkan kemampuan membaca yang cerdas dan sikap kritis terhadap informasi yang kita terima. Karena jika bisa diasumsikan hoax itu seperti virus jadi satu-satunya cara untuk menangkalnya adalah dengan gerakan masif atau kembali ke akal sehat kita bagaimana menanggapi hoax tersebut.
Salah satu cara meminimalisasi penyebaran hoax di era digital adalah dengan meningkatkan literasi digital. Manusia yang cerdas digital selain akan memahami informasi yang diterimanya juga dapat membentuk pribadi yang tanggung jawab terhadap kebebasan informasi. Tuntutan identifikasi informasi yang memuat unsur kebohongan bahkan kebencian dapat dengan mudah dilakukan masyarakat yang memiliki literasi digital baik (Fikry, 2022).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI