Lihat ke Halaman Asli

Arya Arwana

Anak Pintar

Kritik Film "Laskar Pelangi"

Diperbarui: 10 Maret 2021   20:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Laskar Pelangi
Cerita ini menggunakan alur maju sehingga setiap kisah yang diceritakan menimbulkan rasa penasaran ingin mengetahui apa yang terjadi selanjutnya.Begitu pula dengan cara penceritaannya yang menggambarkan tokoh dan suasana yang baik sehingga penikmat film atau pembaca bukunya bisa merasakan masuk ke dalam cerita nya.

Namun masih banyak kekurangan pada cerita laskar pelangi ini,salah satunya yaitu penggunaan istilah daerah yang sulit dimengerti oleh pembaca maupun penikmat film nya.Meski sudah diberi catatan kaki yang memuat penjelasan istilah-istilah tersebut,tetap saja masih ada yang tertinggal seperti,Tauke dan kain Belacu.

Film ini berkaitan dengan praktik pendidikan yang ada di tanah air kita ini.Film ini menggambarkan keadaan yang terjadi pada pendidikan tahun 70-an.Oleh karena itu agar kita mengerti apa yang sedang di ceritakan,kita harus tahu terlebih dahulu apa latar belakangnya dan kita harus membaca bukunya dari mulai awal.

Sebenarnya itu sudah hampir menggambarkan keadaan pendidikan yang miris sekali di Indonesia,karena menurut saya belum terlalu jelas.Saya menyarankan jika di film ini menambahkan sedikit lagi adegan atau scene yang menggambarkan pendidikan yang masih kurang di pelosok kota.Menurut saya keadaan pendidikan di indonesia harus segera di perbaiki dimulai dari sekarang,karena pasalnya masih banyak anak-anak pelosok yang belum mendapatkan pendidikan yang layak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline