Lihat ke Halaman Asli

Arya BayuAnggara

Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Langit dan Hari

Diperbarui: 11 Juli 2024   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Langit yang cerah. Biru dan biru, yang diselingi oleh awan-awan berbentuk domba. Domba yag begitu besar. Kadang bulunya bewarna putih. Kadang, bulunya bisa bewarna abu-abu. Mereka berjalan, bahkan berlarian, dengan bebas di bawah sinar mentari. Padahal, di daerah khatulistiwa ini, sinar matahari dapat disamakan dengan sengatan. Sangat panas dan membakar. Apakah bisa dikatakan membara? Ya, di kala tertentu.

Andai bisa mengamati langit dengan seksama. Menyadari segala perubahannya. Apakah biru atau putih? Apakah awannya tipis atau tebal? Apakah awannya berbentuk benang atau bulat-bulat? Tapi, mengamati semua kejadian itu secara simultan, yah, adalah hal yang berat. Apa ada orang bisa bertahan selama itu?

Menjelang pergantian posisi matahari ini, yang berada di daratan hanya bisa menikmati sisa panasnya. Syukur-syukur kalau berada di tempat yang teduh, apalagi dingin. Tinggal beberapa menit sebelum hari ini pergi. Pergi tanpa pernah kembali. Setara dengan kematian. Benar, setiap hari kita menjadi saksi dari kematian hari itu sendiri.

Kenapa kita tidak pernah bersedih?

Dokumentasi Pribadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline