Lihat ke Halaman Asli

Arya BayuAnggara

Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Catatan untuk 25 Juni 2024

Diperbarui: 25 Juni 2024   15:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa artikel dan pemberitaan telah kami baca. Kami coba rangkumkan. Berasal dari berbagai sumber, mencakup Langgam, Kompas.id, dan IDN. Sekaligus, menjadi artikel sederhana untuk kembalinya kami ke Kompasiana setelah setengah tahun hibernasi menulis. 

Membaca dan Suara

Membaca tanpa bersuara, nyatanya tetap ada suara yang seperti menggema di kepala. Jangan khawatir, karena ini wajar. Tetap dikatakan, meskipun ada gema suara di kepala, kita tetap dalan koridor membaca cepat. Malahan, menghilangkan suara gema ini sepenuhnya sama saja dengan mematikan bagian otak kita yang peka terhadap visual.

Kelakuan Nakal Oknum Satpol PP Pekanbaru dan Hukuman untuk Mereka


Beberapa hari lalu, viral di Pekanbaru video pemalakan warga oleh tiga orang oknum Satpol PP. Dalihnya adalah pembangunan rumah kontrakan. Tidak berapa lama, Satpol PP Pekanbaru mengambil tindakan tegas. Dari tiga oknum, dua dipecat dan satu lagi dipindahkan dari satuan Satpol PP. 

Dua yang malang itu sebelumnya hanya berstatus honorer dan tenaga harian lepas. Sementara, satu yang masih beruntung berstatus sebagai PNS.Sejumlah uang yang dipalak oleh ketiga oknum itu telah dikembalikan ke korban. Sekaligus, kepala Satpol PP Pekanbaru menyatakan permintaan maaf kepada korban.

Pandangan Kami terhadap Polemik Wisuda NonPT Menggunakan Toga


Pandangan kami terhadap wisuda atau perpisahan bukan tingkatan Perguruan Tinggi yang mengenakan toga:
1. Pengalaman pribadi, cuma kelulusan TK yang ada pakai toga-togaan dulu. Selebihnya tidak ada. Jadi, dari sisi pengalaman pribadi, tidak ada kenangan atau kesan apapun dengan budaya toga di perpisahan SD, SMP, dan SMA.
2. Memakai toga pas wisuda S1 memang terasa berbeda. Sakral, karena bukti keberhasilan lulus dari menara gading setelah empat tahun berjuang. Belum lagi, ketika dibacakan nama sendiri yang sudah dilengkapi dengan gelar akademik. Terasa meninggi ke langit.
3. Namanya perpisahan dan wisuda, di tingkat manapun, pasti berbicara biaya. Mau pakai toga atau tidak, asalkan biayanya tidak memberatkan maka menurut saya bukan hal yang memberatkan. Kalau ribet urusan pakaian dan ini dan itu, namanya juga hajatan. Kalau rasa-rasanya semua tidak bisa disanggupi, mending tidak usah buat perpisahan atau wisuda.
4.Kalau tidak salah, sebelum perpisahan atau wisuda, diadakan sebuah forum rapat antara orangtua dengan sekolah (Komite), atau forum antara guru dengan murid. Sehingga dicapailah kesepakatan tentang wisuda atau perpisahan dan tetek bengeknya.Perlu dikaji lagi, jangan-jangan anak-anaknya yang ingin wisuda bertoga walau belum kuliah. Atau, jangan-jangan orangtuanya yang memang ingin demikian. Kalaupun tidak semua, mayoritas maunya seperti itu.
5. Ini bisa dibilang semacam tren. Jadi, bisa saja akan terjadi penurunan minat dengan hal-hal berbau toga di kemudian hari.

Timnas Brazil Gagal Petik 3 Poin. Dominasi saja Belum Cukup. 


Timnas Brazil gagal memetik tiga poin di laga pembuka Grup D Copa America 2024. Timnas Brazil hanya berbagi skor kacamata dengan timnas Kosta Rika. Meskipun, timnas Brazil menguasai 74 persen penguasaan bola sepanjang pertandingan, sekaligus berkali-kali menciptakan peluang emas. Sejatinya, Marquinhos sempat mencetak gol di menit 30, namun dibatalkan melalui VAR. Kata Marquinhos sendiri, timnas Brazil sudah bermain apik sesuai rencana, meskipun masih butuh banyak peningkatan.

Status Juara Bertahan, Nyatanya Italia Harus Berjuang Habis-habisan


Timnas Italia melaju ke babak 16 besar Euro 2024, mendampingi Spanyol, sebagai posisi kedua Grup B. Di laga akhirpun, Italia hanya menyamakan kedudukan dengan Kroasia yang lebih dahulu mencetak gol keunggulan. Gol penyeimbang Italia juga baru tercipta di menit 98, di penghujung laga. Sebuah perjalanan fase grup yang berat bagi juara bertahan.

Mahyeldi, Petahana Gubernur Sumbar, Masih Tertinggi di Berbagai Survei


Menjelang pelaksanaan Pilgub Sumbar di Pilkada Serentak 2024 mendatang, berbagai lembaga survei telah menerbitkan hasil temuan mereka. Pada dasarnya, terdapat beberapa perbedaan di posisi selain teratas, namun posisi teratas tetap ditempati oleh Petahana Mahyeldi. Posisi kedua dipegang antara Andre Rosiade atau Epyardi Asda, tergantung lembaga survei yang melakukan perilisan hasil survei.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline