Lihat ke Halaman Asli

Arya BayuAnggara

Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Cuaca Panam 6 Juli 2023

Diperbarui: 6 Juli 2023   04:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Subuh kembali menyapa. Untuk sekian subuh, hujan tidak turun. Seingat kami, mungkin seminggu atau dua Minggu yang lalu, di kala dinihari hingga subuh. Hujan pagi yang waktu itu cukup untuk meluapkan berbagai selokan dan kubangan di Kota Pekanbaru.

Tanpa disangka, hujan penyapa hari kembali meliputi daerah Panam. Padahal, baru tiga puluh menit berlalu sejak kami terakhir mengamati langit. Awan-awan yang mengepung kota dari semalam telah mengembalikan hujan pagi hari. Menjelang waktu Syuruq ini, langit berwarna jingga. Suatu hal yang sejatinya sarat akan nuansa mistis. 

Setelah beberapa saat hujan, muncul pertanyaan dalam benak, berapa lama hujan pagi ini akan bertahan? Intensitasnya juga tidak terlalu lebat. Tapi, cukup untuk membasahi orang-orang yang berusaha menempuhnya. Bukan karena nekad atau sekedar bersenang-senang, kehidupan untuk hari ini tetap harus dijalankan. 

Warna jingga yang menghipnotis hati telah menghilang. Pukul 6.20, langit Panam telah kembali ke perawakan aslinya. 

Setelah satu jam hujan pagi ini, awan hujan telah bercerai-berai di ufuk barat. Sementara, di ufuk timur awan hujan masih menggantung, walau tidak pekat. Harapan akan cerahnya pagi masih ada. Tapi, jangan naif juga, sebab langit Panam benar-benar menampilkan harapan dan stagnansi dalam satu tampilan. 

Matahari akhirnya memancarkan sinar kuningnya pada pukul 6.30. Dari ufuk timur, walau malu-malu sebab dirinya muncul di antara awan yang perlahan-lahan bergerak ke arah Utara. Dalam silaunya warna kuning pagi mentari, rintik hujan masih sibuk menggempur pakaian para pengendara. 

Pada pukul 6.35, hujan pagi perlahan-lahan memudar. Dari Jalan Soebrantas, lebatnya tidak seperti ketika masih di Jalan Ikhlas. Bahkan burung-burung telah berani hinggap ke atas bumi. Berterbangan ke sana ke mari. Menandakan populasinya yang masih berada. Walau pohon-pohon di ruang hijau yang tersisa juga banyak yang dibabat. 

Pukul 6.55, hujan pagi yang jarang terjadi ini semakin memudar. Kalau hanya berdiam diri di rumah, pastinya akan tertipu dengan kerasnya suara tubrukan air dengan atap baja ringan. Sesekali berjalan ke luar bukanlah masalah, agar merasakan sensasi yang nyata.

Saat ini, langit Panam masih terlihat beberapa awan yang membawa hujan. Walau telah berpencar. Tapi, jangan tertipu dengan sedikit perubahan, Pada akhirnya, hujan tetap awet hingga pukul 7.34 ini. Intensitasnya kembali menyamai ketika dirinya bermula jam enam tadi. Kenyataan yang memaksa para pekerja yang berkendara untuk mengeluarkan mantel dan jas hujan mereka.

Sinar mentari akhirnya kembali tajam menerpa pada pukul 8.30. Ini lebih baik, walau telat satu jam dari biasanya. Walau minus dari segi kehangatannya. 

Hujan yang telah membasahi bumi sejak lepas Subuh perlahan-lahan melemah. Hal ini dimulai sejak pukul 8.35. Setelah empat puluh menit berlalu, hujan akhirnya reda. Hari yang cerah datang menyapa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline