Lihat ke Halaman Asli

Arya BayuAnggara

Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Suatu Malam dan Hujannya

Diperbarui: 30 Juni 2023   23:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam-malam didominasi oleh cuaca hujan. Air yang turun tidak mengingatkan kepada kenangan. Kehampaan adalah suatu keniscayaan. 

Dalam gelapnya malam, tiada suara yang didengar kecuali ributnya suara hujan. Dengan angin yang menghentak rumah-rumah selepas senja. Dinding sebagai pertahanan terakhir masih melindungi manusia di dalamnya. 

Orang-orang masih berjalan keluar. Sekedar mencari angin, walau angin sendiri datang menyerbu. Berjalan melewati jalanan yang menjadi sepi setelah berhari-hari sibuk dilewati. Orang-orang yang tersisa sibuk mencari hiburan diri. Di tengah kehampaan malam yang bercampur hujan. 

Tidak perlu pula merasa sedih. Ratapan tidak bisa didengar oleh siapapun. Si peratap bersembunyi dengan tenang di balik dinding batu. Dengan selimut air hujan, dan atap riuhnya dentuman air. 

Setelah menit-demi-menit berlalu, akhirnya hujan perlahan pergi. Meninggalkan genangan air dan selokan yang meluap menjadi banjir. Beserta hawa dingin dan udara sejuk. Namun, semua itu tidak cukup menenangkan kehampaan malam hari ini. 

30 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline