Si Dali hanyalah seorang tokoh. Bukan tokoh sejarah. Bukan pula tokoh yang penting-penting amat. Kisah hidupnya sama dengan ribuan yang lain. Si Dali pernah ikut peperangan. Entah itu pertempuran kemerdekaan hingga PRRI.
Si Dali tidak pernah berpikir ingin menjadi tokoh bersejarah. Agaknya dia sendiri takut bila generasi mendatang akan memuji dan mengagungkan kepahlawanannya. Tidak. Itu tidak perlu. Si Dali sebagai saksi sejarah jauh memahami kenyataan perang yang getir itu.
Perang memang bukan perkara remeh. Moralitas dan Budi luhur digadaikan. Sederhananya, itu semua demi keberlangsungan hidup. Jangan mengingat petuah-petuah kehidupan kala damai. Sia-sia berpegang erat dengan itu.
Perang membawa petuah dan petitih baru. Sebuah kodrat rimba yang telah teruji selama miliaran tahun. Jangan ragu menghalalkan segala cara agar jiwa sendiri merasa senang. Rebut dan kuasai milik musuh. Jadikan mereka terhina.
Si Dali memang korban dari sejarah. Berusaha menjaga adab namun dicampakkan oleh nasib. Pendiriannya itu juga yang menyebabkan hidupnya tidak banyak berubah. Apalagi Nusa dan bangsanya. Andaikata si Dali susu bengkok sedikit, pastilah dia menjadi manusia sejarah. Ditulis oleh banyak pengarang. Diajarkan di banyak buku-buku ajar.
Sayang sekali, si Dali emang susah diajak begituan.
Ditulis di Pekanbaru pada 3 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H