Lihat ke Halaman Asli

Arya BayuAnggara

Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Akhirnya Menggunakan Linux III

Diperbarui: 6 September 2022   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pada Minggu pagi pada tanggal 21 Agustus 2022, kami menyempatkan waktu untuk mencari informasi terakhir tentang distro Linux yang sebaiknya kami coba pasang lagi. Tetap kami akan memilih antara Ubuntu atau Linux Mint. Malah, metode pemilihannya terkesan seperti perjudian. Kami akan memilih yang mana yang lebih cepat kecepatan unduhnya. Bukan apa-apa, terkadang berbeda server bisa berbeda kecepatan unduhnya. Padahal, ketika dites dengan speedtest, kecepatan internet kami tidaklah begitu memalukan. Keputusan itu telah bulat. Berkali-kali kami juga menatap flashdisk bermerek SanDisk berukuran 16 GB itu. Kami harus yakin. 

Setelahnya, kami menyibukkan diri dengan urusan perut dan duniawi dahulu. Kesempatan untuk menguji perjudian kami baru bisa dilaksanakan pada  pukul sepuluh. Laptop hitam itu telah kami hidupkan. Segera kami membuka Microsoft Edge. Pada awalnya, kami mencoba membuka laman utama situs Linux Mint terlebih dahulu lalu. Segera memilih ikon Download.

Ternyata, banyak server/ peladen yang bisa dipilih. Awalnya, kami berpikir bahwa peladen yang berasal dari ranah Amerika Serikat pastilah kencang. Lalu, kami memilih salah satu yang ada emoticon bendera negeri Paman Sam tersebut. Ternyata, kecepatan cukup pelan dan membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk menyelesaikan. Itupun kalau kecepatan unduhnya stabil. 

Lalu, mulailah eksperimen kecil kami. Kami membatalkan berkas unduhan Linux Mint itu dulu. Lalu, kami bersegera membuka laman utama situs Ubuntu dan segera membuka laman Download-nya. Kemudian, setelah dikonfirmasi sedang diunduh, kami melihat ke download manager bawaan Microsoft Edge. Ternyata, kecepatan unduh kami jauh lebih parah dibandingkan ketika mengunduh Linux Mint tadi. Tidak mungkin kalau kami harus rela menunggu hingga tiga hari hanya agar .iso Ubuntu terbaru bisa muncul di direktori Download kami. Ah, kami batalkan pastinya. 

Kemudian, kami kembali ke laman Download Linux Mint. Lalu, datanglah sebuah ide yang sangat cemerlang. Kami mencoba mencari peladen Indonesia, dan ternyata tidak ada. Tidak patah arang, kami mencoba mencari peladen negara sejawat. Ternyata ada, yaitu Singapura. Langsunglah kami mendownload .iso Linux Mint. Ternyata kecepatan lumayan. Secara riil, dibutuhkan waktu tiga puluh lima menit untuk mengunduh .iso Linux Mint via peladen Singapura. Hati kami sudah girang gembira dibandingkan Linux Porteus. Sepertinya Linux Mint lebih menjanjikan untuk bisa dipasang di laptop kami. Sekarang, kami membutukan satu berkas lain untuk diunduh, yaitu sebuah aplikasi booting bernama Etcher .

Ditulis di Pekanbaru pada 23 Agustus 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline