Lihat ke Halaman Asli

Arya BayuAnggara

Menulis untuk mengingat luasnya dunia

"Middle School Fantasia", Dua Dunia

Diperbarui: 27 Oktober 2019   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kehidupan yang dilalui setiap manusia, hal itu menjadikan mereka sibuk dan berjuang keras. Keselamatan diri menjadi panduan utama; masing-masing orang tidak ingin mati cepat. Mereka berlarian ke sana dan ke mari tanpa haluan yang jelas. Ujaran-ujaran langit tidak sepenuhnya mereka acuhkan.

Kehidupan manusia memiliki akhir. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat ditakuti manusia. Mereka berusaha tidak acuh dan melengah secepatnya. Padahal, bukti-bukti terpampang di depan mata. Pekuburan menjadi bagian kota yang paling diharamkan. 

Tempat itu hanya terkhusus bagi keluarga yang ditinggalkan; itu pun hingga semua prosesinya selesai. Para penjaga dan tukang juga bermukim di sekitaran tempat itu, di radius yang "aman." Tempat tersebut selalu sepi. Hanya siulan makhluk-makhluk yang tidak dikenali yang terdengar.
***
"Menarik bukan? Maksudku, semua untaian kata itu selalu didengungkan oleh para penyair setiap pagi. Mereka benar-benar menghibur!!!"
Keramaian mulai berkurang. Orang-orang yang tadinya bergumul dan saling sikut, sekarang mereka menjauh dan mencari penghidupan kembali. 

Genangan air hujan masih membasahi kota. Suara amukan kodok yang kebasahan menjadikan suasana keriuhan menjadi kekacauan. Telinga masing-masing orang terasa pekak.

"Sudahlah, kau selalu mengatakan hal itu setiap kali kita datang. Apa tidak ada hal yang lain?"

Dua orang itu duduk terlalu lama. Mereka juga memesan banyak makanan berminyak. Air teh yang disajikan juga telah ditenguk habis. Hanya tinggal mereka berdua, sementara pemilik kedai membersihkan tempatnya yang kotor dan bau.

"Jangan marah-marah. Lagipula, ini juga demi kemaslahatan keluarga kita."

Pemuda tersebut terlihat serampangan. Rambut merah itu tidak disisir rapi, tetapi dibiarkan alami begitu saja. Pakaiannya juga lusuh; terkesan bau. Wajahnya tidak menyimpan kebaikan sedikitpun. Terdapat banyak luka sayatan, terutama di sekitar mata kiri. Belum lagi kumisnya yang tebal. Lihat juga jenggotnya, tidak berpola. Aneh sekali pemuda ini.

"Ingat lagi salah satu adik kita itu. Masa depannya suram sekali. Orang-orang juga tidak memandang hormat dirinya. Apa yang perlu diharapkan darinya? Menjadi seorang pembawa kabar, hal tersebut merupakan anugerah baginya. Jika memang tidak memungkinkan lagi, mengapa tidak dibunuh saja sekalian?"

Salah satu gelas tembikar terjatuh. Pemilik toko terlalu ceroboh. Dia membersihkan meja di samping kedua pemuda itu dengan gegabah. Apa tingkahnya itu mencurigakan? Apa dia menguping sesuatu yang berharga?

"Kurang hajar!!! Kau mengganggu kami!!! Enyahlah!!!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline