Lihat ke Halaman Asli

Galau Karena Cinta

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Galau, kecewa, stress, jengkel, sedih, kalap, itulah mungkin kata-kata yang cocok untuk menggambarkan apa yang dirasakan si fulan sesaat setelah diputuskan pacarnya. Hingga ia berpikir pendek, nekad menyiramkan bensin ke tubuhnya lalu melakukan aksi bakar diri. Inilah sekilas aksi bakar diri yang terjadi di Lapangan Dadaha Kota Tasikmalaya akhir tahun 2013 yang lalu.

Bagi kita yang berpikir normal, tentu aksi tersebut sangat keterlaluan. Namun bagi sang pelaku, bisa jadi itu adalah sebuah aksi pembuktian cinta. Karena di benaknya, si do’i lah yang membuat dunia ini menjadi indah. Bila si do’i pergi, hilanglah semua keindahan tersebut. Wuuiiiis, betapa berharganya tuh si do’i sampai-sampai menjadi menjadi faktor utama keindahan dunia. Ya, bisa jadi seperti itu, namanya juga cinta buta. Buta mata, buta hati dan buta akal karenanya.  Si Fulan ga berpikir rasional dan hanya mengikuti perasaan semata.

Cinta memang selalu membuat orang bergairah. Baik saat menuliskannya, (ya..termasuk saya saat ini), membicarakannya, apalagi saat merasakannya. Makanya banyak yang mengatakan bahwa dunia ini indah karena cinta.

Namun meskipun setiap orang merasakannya, jarang lho orang yang tahu apa itu cinta. “Wah, pokoknya indah, asyik dan menyenangkan saja!”. Makanya, pantas bila ketidaktahuan ini membuat tidak sedikit orang yang kalap karena cinta. Mulai dari melamun, stress, depresi, emosi, bakar diri bahkan bunuh diri, bener-bener kelenger deh pokoknya orang dibuatnya. Banyak orang hanya merasakannya, namun ga mengenalnya, akibatnya ia pun ga tau bagaimana menyalurkan dan mengendalikannya. Iya ga sob? betul apa betul?

Bila kita telaah apa yang dimaksud dengan cinta, sebetulnya cinta adalah perasaan menghendaki sesuatu yang membuat orang mau berkorban apapun untuk yang dikehendakinya tersebut. Nih penulis sodorkan definisi yang dikutip wikipedia :

“cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.”

Perasaan tersebut secara naluriah muncul pada setiap manusia namun yang menjadi pemicunya bukanlah dari dalam diri manusia. Dengan kata lain, perasaan cinta berbeda dengan perasaan lapar dan haus. Bila lapar dan haus muncul karena kebutuhan tubuh, bila ga dipenuhi akan merusak organ tubuh. Namun bila perasaan cinta timbul karena ada rangsangan dari luar tubuh, yang apabila ga dipenuhi, hanya akan membuat orang gelisah. Artinya rasa cinta itu muncul karena ada faktor luar yang memicunya, iya apa iya? jawab dong bagi yang pernah merasakan cinta.

Namun ada juga sih sisi kesamaannya dengan rasa lapar dan haus. Bila kita sedang lapar terus tanpa pikir panjang, lalu kita memakan semua barang yang ada di hadapan kita, kira-kira apa yang terjadi? berbahaya, bisa-bisa obat nyamuk juga jadi kerupuk. Begitu juga dengan cinta, pelampisannya bisa mengarah pada bahagia atau bahaya. Lho kok? ya iya lah...masa ya iya deh.., bila yang dicintainya itu memang layak untuk dicintai, maka ia akan berkorban demi apa yang memang layak untuk dicintai, artinya seluruh pengorbanannya takkan sia-sia dan dijamin tidak akan kecewa. Namun bila sebaliknya, bila seseorang mencintai sesuatu yang memang tidak layak untuk dicintai, maka pasti seluruh pengorbanannya pun akan sia-sia, kecewa bahkan berujung bahaya.

Cinta bisa tumbuh dari tiga jenis naluri yang berbeda sob, yang pertama adalah Naluri beragama (gharizah at tadayyun), salah satu penampakannya adalah kecintaan manusia kepada Penciptanya. Yang kedua adalah naluri eksistensi diri (gharizah al baqo), salah satu penampakannya adalah kecintaan manusia kepada diri dan hartanya. Kemudian yang ketiga adalah naluri melestarikan jenis (gharizah an nau’), yang salah satu penampakannya adalah manusia mencintai keturunannya, termasuk juga kecintaan kepada lawan jenis (baik laki-laki maupun perempuan).

Meskipun cinta bisa muncul dari jenis naluri yang berbeda, namun tetap penyaluran cinta harus sesuai panduannya. Iya pastinya dong, kita bisa tersesat kalau tidak mengikuti panduan dalam menyalurkannya. Supaya kita ga tersesat, maka panduannya adalah apa yang diwariskan oleh Rasulullah SAW :

“Aku tinggalkan kepadamu dua perkara yang mana kamu tidak aakn tersesat,  selama kamu berpegang pada keduanya yaitu Kitabullah dan sunnah Nabinya” (Terj H.R. Imam Malik)

Bila kita mengikuti panduannya, penyaluran rasa cinta akan berpahala dan berujung bahagia, bukan berdosa dan berujung celaka. Misal salah satu aktifitas pembuktian kecintaan kita kepada Allah SWT adalah dengan melaksanakan aktifitas ibadah sholat. Maka supaya berpahala, kita harus memahami bagaimana tata cara shalat yang baik dan benar, apabila shalatnya asal-asalan tentu malah celaka. Juga dengan kecintaan kita kepada harta, salah satu aktifitasnya adalah usaha/bekerja, maka kita juga mesti memahami tata cara usaha/bekerja yang halal dan berpahala. Termasuk juga bila kita memiliki kecintaan kepada lawan jenis, kita mesti memahami tata cara menyalurkan hasrat cinta tersebut supaya berpahala.

Nah sekarang, kembali ke pertanyaan klasik. Bila kita menyalurkan rasa cinta kepada lawan jenis dengan aktifitas pacaran, itu berpahala ataukah dosa sob? Untuk menilainya gampang saja, salah satu aktifitas utama pacaran adalah aktifitas berdua-duaan. Tentu dong, ga asik dong kalo ga berduaan. Padahal aktifitas tersebut adalah aktifitas khalwat dan Rasulullah SAW bersabda :

"Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua.” (THR. Ahmad)

kemudian dalam hadits lain dinyatakan :

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.” (THR. Ahmad).

Itu baru dinilai dari aktifitas berdua-duaannya saja lho, belum termasuk aktifitas berpegangan atau bahkan lebih dari itu yang bisa mengantarkan pada perzinaan. Padahal Allah SWT mengingatkan :

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (TQS. al-Isra: 32).

Ngeri kan sob, khalwat dan mendekati zina adalah aktifitas yang dilarang oleh Allah.

Jadi, bagaimana dong bila kita mencintai lawan jenis? Islam sebenarnya sudah menjelaskan tata cara pemenuhannya, yaitu dengan menikah bagi yang mampu atau menahan diri bagi yang belum mampu. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW yang artinya :

"Wahai, para pemuda! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya". (THR. Mutafaq’alaih).

Selain itu, kita juga mesti sadar diri sob, cinta manakah yang layak untuk diutamakan. Kecintaan kepada Sang Pencipta, harta ataukah terhadap manusia yang mesti kita utamakan? Untuk menjawab hal tersebut, Allah SWT berfirman :

“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (TQ.S. At Taubah : 24)

Coba kita simak urutan cinta yang disebutkan di dalam ayat di atas. Ga ada tuh cinta kepada pacar atau kekasih. Ada juga kecintaan terhadap isteri, itu juga tidak boleh melebihi kecintaan kepada Allah SWT. Lalu dikemanain dong kecintaan kepada pacar, buang ke laut aja deh...biar aman.

Penyaluran cinta dengan cara yang salah, bisa membuat orang melakukan perbuatan nekad dengan menganiaya diri sendiri. Padahal Allah SWT berfirman, yang artinya :

“dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir. [TQS. Yusuf : 87].

Rasulullah SAW juga bersabda, yang artinya :

“Barangsiapa menerjunkan diri dari gunung untuk bunuh diri, maka dia di neraka jahannam menerjunkan diri di dalamnya, kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa minum racun untuk bunuh diri, maka racunnya itu di tangannya dia meminumnya di neraka jahannam kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata tajam itu di tangannya dia melukai dengannya di neraka jahannam, kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya”. [THR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasai].

Namun si fulan masih beruntung, do’i masih diberi umur panjang oleh Allah SWT. Mudah-mudahan do’i menyadari semua kesalahannya dan segera bertaubat. Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya :

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan atau menganiaya diri sendiri kemudian memohon ampun kepada Allah nicaya ia akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS. an-Nisaa’ :110)

Btw sob, cinta banyak macamnya dan tingkatan keutamaannya, namun sebagai seorang muslim, kita tidaklah perlu galau karenanya. Karena kita punya panduan untuk menyalurkan cinta kita, yakni Al Quran dan As Sunnah. Bila kita tidak memakai panduan, berarti hanya akan mengikuti hawa nafsu semata dan terjebak dalam godaan syaitan. Sudahlah gelisah di dunia, di akhirat pun mendapat siksa. Na’udzubillahi min dzalik. (ary.attasiky)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline