Lihat ke Halaman Asli

Bangsa Indonesia di Tengah Pusaran Ideologi

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penolakan terhadap suatu ide atau gagasan tidaklah dapat dinilai dari lokal ataukah importnya ide tersebut. Tetapi dari kebenaran ide pokok yang menjadi ideologi atau aqidahnya. Karena ideologi adalah jawaban atas pertanyaan mendasar manusia. Yakni pertanyaan mengenai dari manakah semua kehidupan ini berasal, untuk apakah kita hidup dan akan kemanakah kita setelah semua kehidupan ini berakhir.

Jawaban atas pertanyaan mendasar tersebut harus selaras dengan fithrah manusia, menenteramkan hati dan memuaskan akal. Bila jawaban atas pertanyaan mendasar ini selaras dengan fithrah manusia, maka pastilah ideologi tersebut benar dan layak kita terima. Tetapi bila sebaliknya, maka pasti salah dan tentu wajib untuk kita tolak. Penerimaan dan penolakan ini tentu berdampak pula pada semua ide-ide yang disandarkan pada ideologi yang salah tersebut.

Ada tiga ideologi yang diyakini dan dipropagandakan oleh negara yang pernah memimpin dunia. Ideologi ini memiliki konsep yang lengkap untuk diterapkan dalam kehidupan. Selain itu, ideologi ini memiliki sifat defensif dan ofensif. Yakni memiliki sifat defensif untuk mempertahankan ide-idenya dari serangan ide lain, pun memiliki konsep ofensif untuk mempropagandakan ide-idenya agar dianut oleh umat lain. Ketiga ideologi tersebut adalah Islam, sekulerisme dan komunisme.

Islam bukanlah berasal dari Indonesia. Ia berasal dari Jazirah Arab. Dalam pandangan Islam, Allah swt menurunkan wahyu kepada utusan-Nya, Muhammad saw. Melalui beliau saw, dua sumber ajaran Islam, yaitu Al Quran dan As Sunnah tersampaikan kepada umat manusia. Islam telah menjawab pertanyaan mendasar manusia dengan tegas. Islam menjawab bahwa semua kehidupan ini diciptakan oleh Allah swt, manusia hidup hanya untuk beribadah (tunduk patuh) kepada-Nya dan semua manusia akan dikembalikan kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di dunia. Berdasarkan pandangan dasar inilah Islam membangun ide-ide turunannya yang lain. Sistem politik, ekonomi, pendidikan, pergaulan, pidana dan sebagainya terlahir dari aqidah Islam. Dalam aplikasinya, semua sistem tersebut terangkum dalam ide penerapan Syariah melalui penegakan Khilafah. Ideologi Islam pernah memimpin percaturan politik dunia selama lebih dari 13 abad, mulai pertengahan abad ke 7 sampai awal abad ke 14 M.

Sekulerisme pun bukan berasal dari Indonesia. Sekulerisme terlahir dari barisan sakit hati kaum intelektual Eropa. Mereka kecewa dengan pemaksaan doktrin-doktrin gereja yang dipaksakan penerapannya oleh para raja dan pendeta. Doktrin-doktrin tersebut banyak yang bertentangan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, bahkan cenderung diperalat untuk memeras dan menindas rakyat. Kekecewaan mereka akhirnya melahirkan kesepakatan untuk memisahkan agama dari kehidupan, agama mereka tempatkan hanya dalam masalah private semata. Menurut sekulerisme, semua kehidupan ini diciptakan oleh Tuhan, manusia diciptakan Tuhan untuk menikmati kehidupan, semua manusia akan dikembalikan kepada Tuhan. Sehingga dalam pandangan sekulerisme, manusialah penentu semua aturan yang diterapkan untuk mereka dan tidak ada pertanggungjawaban manusia kepada Tuhan setelah semua kehidupan ini berakhir. Karena itulah, ide demokrasi (kedaulatan di tangan rakyat) dan Hak Asasi Manusia (HAM) sangat diagungkan oleh para penganutnya. Karena sistem ekonominya yang berpihak kepada para kapitalis, ide ini dikenal pula dengan nama kapitalisme. Ideologi ini muncul sejak abad pertengahan, eksis hingga kini dengan AS sebagai negara pemimpinnya.

Begitu pula dengan komunisme, ia pun bukan berasal dari Indonesia. Ide ini digagas oleh seorang filosof Yahudi, Karl Marx. Ia adalah seorang hegellian kiri yang kecewa dengan penindasan kaum borjuis terhadap kaum proletar. Dalam pandangan komunisme, semua kehidupan ini berasal dari materi semata, hidup ini hanya untuk mencari materi, pun semua kehidupan hanya akan kembali menjadi materi semata. Tidak ada keyakinan terhadap keberadaan Sang Pencipta dan tiada pula proses penciptaan. Semua materi muncul di dunia hanya melalui evolusi materi. Materi itulah yang kekal. Karena itulah, ideologi ini memunculkan ide dialektika materialisme. Semua kehidupan akan berdialektika menuju suatu tatanan yang seimbang. Begitu pun dengan masyarakat, semua kesenjangan yang terjadi di masyarakat harus didorong secara paksa untuk berdialektika ke arah masyarakat yang sosialis, yaitu masyarakat yang hidup sejajar tanpa ada strata manusia yang menguasai strata yang lain. Ideologi ini diemban Uni Soviet hanya selama 81 tahun, mulai tahun 1910 sampai dengan 1991.

Uji kelayakan sebuah ideologi adalah uji kelayakannya dengan fitrah manusia. Manusia memiliki naluri bertuhan. Sehingga dapat dipastikan, bahwa ideologi komunisme adalah ideologi yang bertentangan dengan fitrah manusia. Orang yang mengatakan kursi tercipta dengan sendirinya saja bisa dipertanyakan kewarasannya, apalagi yang mengatakan dunia dan alam semesta tak ada penciptanya, sungguh suatu ide yang sangat tidak masuk akal. Setali tiga uang dengan komunisme, sekulerisme pun membatasi naluri bertuhan ini hanya pada tataran privat. Sehingga, tuhan tidak diakui dalam kehidupan publik, keyakinan mereka atas keberadaan tuhan tidak berguna selain hanya sebagai tempat pasrah dan meminta, bukan untuk ditaati. Walhasil, keberadaan tuhan di hati mereka, sama dengan ketidakberadaannya.

Manusia pun memiliki naluri eksistensi diri. Bila manusia dibiarkan mengatur dirinya sendiri, pastilah akan membuat sebagian manusia menindas manusia lain, bangsa yang kuat memangsa bangsa yang lemah, negara superpower menjajah negara lemah dan berkembang. Laksana hukum rimba. Ide ini mendegradasi manusia memasuki dunia binatang.

Ide asli yang dianut nenek moyang bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme, kemudian masuklah pengaruh agama Hindu dan Budha, lalu Islam. Setelah masuknya era penjajahan Eropa ke negeri ini, barulah agama lain masuk bersamaan ide sekulerisme dan komunisme. Propaganda komunisme terasa kuat pada tahun 1960-an sampai kemudian akhirnya meredup seiring dengan pudarnya negara pengembannya, Uni Soviet. Propaganda bertubi-tubi dilakukan ideologi sekulerisme di bawah kepemimpinan Inggris, kemudian dilanjutkan AS hingga kini. AS terus-menerus menancapkan cengkeraman kuku penjajahannya ke negeri ini. Terlahirnya berbagai UU yang pro kapitalis asing, debt trap (jebakan utang), penerapan konsep negara korporasi, propaganda demokrasi, HAM dan liberalisasi di berbagai ranah kehidupan, semua ini semakin menunjukkan bahwa Indonesia ditarik ke pusaran ideologi sekulerisme.

Pada ‘sudut ring’ yang lain ada kaum muslim, yang merupakan kaum mayoritas di negeri ini. Kaum muslim semakin memahami Islam dan merasakan kesewenang-wenangan AS. Kaum muslim yang tersadarkan menyerukan penerapan Islam secara paripurna melalui penegakan Khilafah.

Inilah yang sedang terjadi di negeri ini, pusaran ideologi lambat laun akan memaksa bangsa ini untuk memilih. Sekulerisme (Kapitalisme) pimpinan AS semakin menunjukkan kebobrokannya. Ia memaksa bangsa ini untuk mengadopsi sekulerisme secara paripurna. Karena pengakuan suatu bangsa terhadap konsep sekulerisme adalah kerelaannya untuk dijajah. Berbeda dengan Islam, saat ini ia belum memiliki negara pemimpin (kembali). Ideologi Islam sedang diemban oleh gerakan-gerakan Islam supaya mewujud sempurna melalui institusi khilafah Islamiyyah. Ia adalah ide perlawanan atas penjajahan AS. Ia sebuah harapan solusi atas ketidakadilan kapitalisme terhadap bangsa Indonesia dan kaum muslim di seluruh dunia. Inilah pilihan-pilihan kita, pilihan bangsa ini, menuju sekulerisme secara utuh ataukah Islam secara menyeluruh? Dan kita pun paham bahwa setiap pilihan ada kosekuensinya. Wallohu a’lamu bishshowwaab. (ary.attasiky/22/9/2014)

sumber : http://aryherawan.blogspot.com/2014/09/bangsa-indonesia-di-tengah-pusaran.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline