Lihat ke Halaman Asli

Ide Lokal vs Import

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Aneh bila ada yang menolak Syariah dan Khilafah dengan alasan ide import. Karena penolakan terhadap suatu ide tidaklah dapat dinilai dari lokal atau importnya ide tersebut. Bukankah semua agama yang ada di Indonesia adalah ide import? Mungkin hanya animisme dan dinamisme yang merupakan kepercayaan asli nenek moyang Indonesia. Begitu pun demokrasi, sekulerisme, liberalisme dan kapitalisme. Semuanya adalah ide import. Tetapi semuanya diakui di Indonesia.  Oleh karena itu, penerimaan suatu ide bukanlah dinilai dari lokal atau  importnya ide tersebut.

Kapitalisme liberal dan demokrasi terlahir dari ideologi sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). Karena itulah menurut sekulerisme, agama hanyalah urusan privat dan tidak boleh masuk ke ruang publik. Agama hanyalah menjadi hiasan moral semata dan tidak boleh menjadi hukum positif. Allah swt diyakini keberadaannya, tetapi hukumnya diingkari untuk diterapkan. Sehingga wajar bila ideologi sekulerisme telah menimbulkan kerusakan di daratan dan di lautan (lihat Q.S. Ar Rum[30]:41). Peningkatan angka kemiskinan, kehidupan sosial yang hedonistik, perilaku yang permissive, politik yang oportunistik, pendidikan yang liberalistik dan kerusakan lingkungan hidup, adalah beberapa dampaknya.

Adapun ide Syariah dan Khilafah justru mengajak manusia untuk patuh terhadap aturan Allah swt. Kekayaan alam Indonesia adalah anugerah Allah swt. Selayaknya kita bersyukur dengan taat penuh kepada-Nya. Bukan malah berpaling dari-Nya dengan memisahkan aturan-Nya (Syariah) dari kehidupan. Dalam Q.S. Ali Imran[3] : 102-104, Allah swt telah memerintahkan kita untuk bertaqwa (taat Syariah), berpegang teguh kepada Al Quran secara berjamaah (ukhuwwah) dan dakwah. Ketiganya hanya dapat terwujud dengan menerapkan Syariah dan Khilafah.

Karena itu, lokal atau import bukanlah alasan untuk menolak suatu ide. Tapi sejalankah ide itu dengan keyakinan kita sebagai seorang hamba Allah, yang selayaknya tunduk dan patuh kepada-Nya dalam berbagai aspek kehidupan. Jika sejalan, maka ide tersebut layak untuk diterima. (ary.attasiky.03/11/2014)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline