Lihat ke Halaman Asli

Melatiku yang Merah

Diperbarui: 5 Maret 2017   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bandara itu tampak dijejali oleh kerumunan orang.Hiruk pikuk penumpang datang dan pergi tanpa permisi.Wanita dengan sweater merah tua duduk terenung di kursi.Menatap kesedihan hidup yang baru saja bertamu kemarin sore.Wajahnya semakin pucat bak bulan kesiangan.Berulang kali air matanya terjun lepas landas secara beriringan lalu membasahi sapu tangan ungu yang tergenggam sejak tadi.Bibirnya mulai mengkaku,bergetar saat tergerak pelan.Suaranya lirih terlahap riuhnya angin.Semua seakan tak ada baiknya.Beruntung jilbab hijau itu masih setia memberikan keteduhan hatinya.

"Jangan bersedih Karin,ingatlah perpisahan ini hanya sementara."

"Tapi firasatku tidak enak mas."

"Jangan berpikiran seperti itu,mereka menginginkanmu pulang karena sudah pasti sangat rindu."

"Tapi aku kan baru pulang tujuh bulan yang lalu mas,aku khawatir kalau ibu dan bapak sedang merencanakan sesuatu untukku."

"Dengarkan masmu ini baik-baik.Orang tua itu harus dihormati,bila mereka menginginkan anaknya pulang,ya pulang saja.Jangan berpikiran macam-macam pada mereka.Patuhilah apa yang menjadi keputusan mereka.Suatu saat kita pasti akan bertemu lagi.Percayalah kata-kataku ini."

"Baiklah,aku nurut padamu."

"Nah gitu dong calon istriku memang harus nurut padaku."

Wanita dengan kulit putih itu kembali tersenyum lebar setelah ditimpali gurauan kekasihnya.Heru memang pria yang sabar.Setiap menghadapi karin selalu penuh dengan sikap kedewasaan.

Mereka berdua sama-sama berada pada bumi perantauan,tepatnya di Malaysia.Karin bekerja sebagai salah satu operator di perusahaan manufaktur Malaysia,sementara Heru adalah sebagai teknisi mesin di perusahaan yang sama.Sama-sama seperjuangan dan memiliki satu tujuan.Sudah bertahun-tahun keduanya menjadi karyawan tetap di sana.Setiap setahun sekali keduanya pun sering mudik bersama ke Indonesia,namun kali ini tetiba Karin diminta untuk pulang secara mendadak oleh kedua orang tuanya yang ada di Jogja.Tanpa memberitahukan alasan,Karin terpaksa harus terbang hari ini juga.

Wanita berjilbab itu perlahan-lahan melangkahkan kaki meninggalkan kekasihnya setelah berjabat tangan.Pergi menuju ruang tunggu masuk kabin pesawat dengan menyeret koper biru.Tangisan itu seketika pecah saat pesawat benar-benar mengepakkan sayapnya di udara.Semakin mengecil lalu menghilang diantara rimbunan awan putih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline