Lihat ke Halaman Asli

Lokomotif

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kini senja menguning merona memancar ke segala arah

seiring tenggelamnya Dewa Ra' di puncak Gunung Fuji.

Perlahan-lahan hilang bersama sajak-sajak siang tadi.

Hujan menetes membasahi jalanan Kota Tokyo

mengalir menuju sketsa-sketsa tak terjamah.

Hati merindu kekasih di awang-awang

setelah seabad kucarinya jua.

Nun jauh lokomotif tua terseok-seok tersenyum seakan tiada duka.

Padahal sudah tiga abad kupeluknya erat-erat dengan airmata.

Ah, lokomotif segera berangkat.

Tunggulah dinda, kubawa kabar dari negeri sebelah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline