Lihat ke Halaman Asli

Arviyan WisnuWijanarko

Mahasıswa ber-Praktek

Nasionalisme yang Beradap

Diperbarui: 18 Agustus 2020   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat ini topik yang hangat untuk disajikan di Indonesia salah satunya adalah tentang penerbitan uang baru Rp. 75.000. sebagai perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang menginjak 75 tahun kemerdekaan.

Penerbitan uang tersebut, oleh sebagian netizen Indonesia merupakan sebuah tindakan yang mencoba untuk mencederai rasa nasionalisme karena memasukan pakaian adat Cina sebagai salah satu gambar baju adat yang ada di uang Rp. 75.000. Setelah diketahui, pakaian yang diklaim sebagai pakaian adat Cina adalah salah, dan yang benar adalah pakaian adat dari Suku Tidung yang ada di Tarakan, Kalimantan Utara.

Rasa nasionalisme memang perlu dimunculkan untuk menguatkan persatuan dan kesatuan bangsa. Karena memang rasa nasionalisme muncul pada saat manusia hidup bersamaan dalam satu wilayah tertentu dan cenderung untuk mempertahankan negerinya. Karena sesungguhnya ideologi nasionalisme diterima di dalam masyarakat Indonesia dan dari ideologi tersebut memunculkan rasa peduli terhadap bangsa sehingga memiliki sikap untuk melindungi bangsa dari gangguan internal maupun eksternal.

Nasionalisme yang Beradab

Beradab menjadi hal yang sangat penting untuk dipelajari oleh setiap orang mengingat kemerosotan nilai-nilai kesopanan dalam menyikapi sesuatu hal, salah satunya dalam sikap kita menjadi seorang nasionalis.

Dalam ajaran Agama Islam, sikap beradab sangat dijunjung tinggi mengingat Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Yaitu untuk menyempurnakan sikap kesopanan dan adab perbuatan seseorang dalam bermuamalat maupun beribadah. Sehingga orang Islam yang beradab pastilah banyak mengamalkan Sunnah Rasulullah.

Kasus yang sering timbul sebagaimana kasus di atas sering dilakukan oleh netizen yang ada di Indonesia. Garis besarnya adalah mereka tidak berilmu sama sekali tapi berani berbicara, lantas setelah berbicara semua pembicaraannya salah total.

Berilmu sebelum berbicara menjadi adab yang ditinggalkan di kehidupan era digital. Akhirnya nilai-nilai moral keindahan bangsa Indonesia yang dulu ada sekarang hanya tinggal kenangan dan berubah menjadi saling mencaci dan adu keras kepala karena kosongnya ilmu dikepala mereka.

Karena nasionalis sejati membutuhkan ilmu untuk mematahkan lawan-lawan yang mencoba merongrong kedaulatan sebuah negara. Apabila hanya berbicara tanpa ilmu hanya akan menampilkan kebodohan dan ke-tidak beradaban seseorang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline