Lihat ke Halaman Asli

Happy Milad ke 25

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sabtu, 14 Juli 2007

07.59 WIB.



Seekor ular muda berteriak kesakitan

Di tepi pekuburan tua

Di dekat jalan setapak

Membentang menuju ke balik bukit ketenangan

Ia mulai menggeliat

Meliuk-liuk

Dari kejahuan tampak

Tubuhnya mengkilat di bawah temaram cahaya bulan sabit

Bak seorang penari telanjang bar Pardede Hotel

Tubuhnya yang selalu menyemburkan keringat kebisuan

Tak ada yang berani menyapa

Semuanya menganggap dia sedang melakukan sebuah ritual

Ritual yang penuh kesesatan

Semua memilih untuk menyingkir

Takut akan tertular kutukan pada suatu masa

Kulitnya mulai rontok berjatuhan

Hingga hampir tak bersisa

Tampaklah, dagingnya yang polos tak bercorak

Menandakan keapaadaannya

Ia terkulai lemas

Di pangkuan belukar yang kering

Semua terdiam

Hanya suara bintang-gemintang yang berkedap-kedip

Di langit-langit kehampaan

Ia mulai tersadar

Bahwa semua peserta kehidupan

Memerhatikannya dengan pandangan yang sinis nun bengis

Karena ia telah mengusik tata aturan alam

Sebuah cahaya putih kemerahan

Tiba-tiba muncul

Dari balik punggungnya

Berjalan melintasi sisa-sisa kelupasan kulitnya

Menuju kepala membentuk bundaran

Cahaya itu semakin terang

Hingga berubah menjadi sebuah mahkota raja

Berkilauan, terbuat dari platinum

Kulitnya pun berangsur-angsur tumbuh

Bercorakkan warna kedewasaan dan kasih sayang

Menyebar tak berhingga kepada seluruh partisipan kerajaan alam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline