Lihat ke Halaman Asli

Arviesta

Mahasiswi D4 Akuntansi Perpajakan

Ketika Hujan Mengingatkan pada Janji Lama

Diperbarui: 4 November 2024   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Created by Arviesta

Petang itu, langit mulai menggelap, dan aroma hujan yang khas mulai tercium, menggulung kenangan lama yang tersembunyi di sela-sela ingatan.

Alya duduk di dekat jendela, menatap ke luar dengan mata kosong. Hujan mengguyur deras, memukul kaca jendela rumah kecilnya yang terletak di pinggiran kota. Suara gemericik air menenangkan sekaligus menyakitkan, seolah-olah membawa kembali bayangan yang telah lama ia coba lupakan.

Tepat sepuluh tahun lalu, pada malam yang basah seperti ini, ia berjanji pada seseorang. Bukan janji biasa, melainkan janji yang diucapkan dengan penuh keyakinan dan harapan. Namun, hidup seolah ingin membuktikan bahwa janji bisa terkikis oleh waktu dan jarak.

Bayangan masa lalu itu bernama Arif. Seorang sahabat sekaligus seseorang yang pernah menjadi bagian dari hidupnya. Mereka tumbuh bersama di desa kecil, merangkai mimpi-mimpi sederhana yang seolah-olah bisa mereka raih hanya dengan jangkauan tangan. Arif selalu hadir dalam setiap ingatannya, dalam setiap langkah menuju masa depan yang ia bangun sendiri.

"Hujan hari ini ingetin aku sama janji kita, Arif," gumam Alya perlahan, tanpa sadar air mata mulai menetes di pipinya.

Saat mereka duduk di bawah pohon besar di tengah ladang desa mereka, hujan pun turun dengan perlahan. Berdua mereka bernaung di bawah daun-daun pohon, berbagi payung yang mereka bawa seadanya.

"Kamu tahu, Ly, suatu hari kita bakal keluar dari desa ini dan jadi orang sukses," kata Arif dengan nada penuh keyakinan, seraya memandang jauh ke ujung ladang.

Alya hanya tersenyum, menggenggam tangan Arif erat-erat. "Aku percaya itu. Kita bakal sukses, dan suatu saat nanti, kita akan kembali ke sini untuk membangun desa ini jadi lebih baik."

Itulah janji mereka. Janji yang diucapkan dalam derasnya hujan, di tengah dingin yang menyelimuti. Janji yang saat itu terasa abadi, seakan tak akan pernah tergantikan oleh apapun.

Namun, hidup ternyata memiliki jalan cerita sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline