Dissociative identity disorder (kepribadian majemuk) adalah salah satu penyakit dimana seseorang lupa akan kepribadian aslinya dan mempunyai kepribadian lain dalam dirinya yang tanpa disadari oleh orang tersebut (mempunyai dua atau lebih kepribadian yang berbeda dalam dirinya). Terkadang dia menjadi diri nya sendiri, lalu tiba-tiba berubah menjadi orang yang bukan dirinya sendiri, dan begitu seterusnya. Hal ini terjadi tanpa sepengetahuan orang tersebut dan terjadi secara terus-menerus. Orang yang mengidap penyakit ini seakan-akan mereka lupa akan apa yang telah mereka lakukan dan akan apa yang telah terjadi.
Penyakit ini terjadi akibat trauma yang mendalam pada masa kecil, yaitu :
- Pelecehan seksual secara terus-menerus
- Kekerasan fisik, dan
- Kekerasan secara psikologis
Namun, penyakit ini tidak sama seperti skizofrenia, yaitu gangguan mental yang ditandai dengan gangguan proses berfikir dan tanggapan emosi yang lemah. Sebab orang yang mengidap penyakit DID ini lebih kepada gangguan kejiwaannya. Pembatasan diri untuk melakukan sesuatu (psikosis transien), rendahnya motivasi (avolisi) yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan (anhedonia) adalah faktor penambah dari timbunya penyakit DID ini.
Penyakit Dissociative identity disorder (DID) ini memang sangat jarang ditemukan, hanya ada 1 dari 1000 orang yang mengidap penyakit ini. Sebab, penyakit ini tidak sama seperti orang yang terkena AIDS yang disebabkan oleh virus HIV, tapi lebih kepada pengalaman pahit, dan kerusakan kejiwaan yang terjadi pada masa anak-anak.
Awal saya mengetahui bahwa penyakit Dissociative identity disorder (DID) ini ada dimana ketika saya menonton sebuah film yang berjudul SPLIT yang dirilis pada tanggal 20 Januari 2017 kemarin yang dibintangi oleh James McAvoy, Sterling K. Brown, Haley Lu Richardson dan Anya Taylor-Joy. Awalnya saya bingung dengan film ini, saya tidak mengetahui maksud dan tujuan film ini. Namun setelah saya membaca sinopsis filmnya, barulah saya mengerti. Cukup menarik buat dijadikan pelajaran, apalagi kita sebagai orang sosiologi yang berkecimplung di masyarakat dan mempelajari setiap karakteristik dan prilaku dari masyarakat sangat cocok menonton film seperti ini.
Jadi menurut saya, apabila kalian malas membaca buku atau berita, dan hobby nya hanya menonton. Coba mulai mencari film-film seperti ini. Dimana kita bukan hanya memuaskan nafsu keinginan kita saja, namun juga dapat pembelajaran yang berharga dari sebuah cerita film yang kita tonton. Tapi, itu semua tergantung seberapa besar pemahaman mu tentang belajar, dan memulai dari diri sendiri serta mengubah pola fikir!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H