Lihat ke Halaman Asli

Abraham Samad vs Istana + Polri + PDIP (+Menkopolhukan dan Partai Koalisi)

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Babak baru perseteruan di ranah politik memunculkan aktor PDIP, dimana lewat Plt Sekjennya Hasto Kristiyanto (HK) membeberkan pertemuan politik antara fungsionaris PDIP dan ketua KPK Abraham Samad (AS), di berbagai tempat seperti di apartemen Capital Residence, dan berbagai tempat lainnya. Apabila bukti-bukti HK itu benar adanya maka AS yang sering memakai masker hijau dan topi harus menanggung akibat moral dan ditambah dengan hukum pidana penyadapan atas perintah AS yang tidak berhubugan dengan kasus korupsi.

Langkah HK tentu sudah mendapat restu ketum PDIP dan para ketum partai koalisi yang mendukung pemerintahan Jokowi. Semua pimpinan partai dan anggota DPR RI khususnya di komisi III kini cenderung membenci AS. Tidak seperti dalam kasus Cicak vs Buaya dahulu, kini KPK dibawah pimpinan AS cenderung kehilangan kewibawaan, dan yang menarik adalah munculnya AS yang menjadi musuh bersama (common enemy)

AS Dianggap Berkianat

Mari kita flashback kebelakang tatkala ASsaat pemilihan ketua KPK didukung mutlak oleh PDIP, kini menurut para fungsionaris senior PDIP mereka sangat kecewa dengan sikap arogan AS, bukan hanya kalimat : "kacang lupa akan kulitnya", namun kalimat "pengkhianat" sering kita dengar di jajaran elit partai itu. Kekecewaan mereka bisa dimaklumi tatkala pemilihan ketua KPK dulu, AS berjanji akan "loyal" kepada PDIP, tetapi kini fakta berbicara lain.

Setelah genderang perang ditabuh AS terhadap Polri  dan Istana yang skornya sementara 2-0 untuk KPK, kini pertarungan meluas menjadi pertarungan politis antara AS vs PDIP yang diwakili HK. Tentunya HK bukan tanpa bukti berani membuka borok AS yang saat itu berambisi besar sebagai cawapres pendamping Jokowi, Bukti-bukti HK itulah yang diperkirakan akan menyudutkan ketua KPK.

Apabila Polri bisa lebih menggali borok KPK yang lain maka tidak ada rumus AS akan turun dengan terhormat. Mengapa ?, karena pihak-pihak yang berseteru dengan KPK akan berusaha sama dengan yang dilakukan AS, yaitu berbalik mempermalukan KPK di mata rakyat.

Kartu-kartu truf tentunya telah dimiliki Istana, Polri dan PDIP yang didukung Menkopolhukan plus partai koalisi, diantaranya :  dugaan konspirasi permainan kasus AS dengan BW, pembocoran sprindik Anas Urbaningrum yang diduga melibatkan AS akan disidik kembali oleh Bareskrim, pelanggaran etika pencalonan AS sebagai cawapres PDIP melalui pertemuan rahasia oleh HK, penyadapan ilegal yang diduga atas perintah AS, dan ada beberapa kartu truf yang apabila dibuka akan menggemparkan pemberitaan nasional.

Mengapa AS menjadi musuh bersama ?, jawabannya jelas karena AS telah memusuhi banyak kalangan. Dan banyak kalangan itu saat ini bersatu untuk menyerang ketua KPK . Sulitnya AS bersandar di institusi kuat KPK yang memiliki sokongan opini publik kuat, tetapi apabila musuh bersama itu hanya "AS" seorang diri apakah LSM-LSM dibelakang KPK masih akan membela AS ? Kita tunggu episode berikutnya !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline