Lihat ke Halaman Asli

Zahir Makkaraka

Belajar dalam segala hal

Genderuwo

Diperbarui: 13 November 2018   04:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setelah sontoloyo kemudian tampang Boyolali
Kini genderuwo diulang berkali-kali
Oleh petahana, sindir politisi yang tak bernyali
Politikus umbar takut, bukan lagi program dijali

Umbar janji bukan jamannya lagi
Dominasi kesadaran magis diunjuk kembali
Kooptasi dikuatkan kembali untuk legitimasi
Atas nama demokrasi, hujat bebas dikreasi

Menakut-nakuti bahasa kampanye kini
Cela untuk celah dicari di sana-sini
Saling sindir semakin hadirkan ironi
Laku elit sudah tak elok tiada nurani
Elit lakonnya hanya onani dan anani
Kelak, mungkin para elit cukup disimpan di ani
Atau sekalian kita bunuh pakai ani-ani

Iya, elit sekedar anani adalah genderuwo
Kuasa digenggam mereka ibarat sawo
Elit sudah sontoloyo dan kini jadi genderuwo

Brengsek, aku jijik lihat mereka
Sudah tak berguna, menakutkan pula

*****

(Mungkajang, 11/10/2018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline