Lihat ke Halaman Asli

Zahir Makkaraka

Belajar dalam segala hal

Salam Siang Padamu yang Tak Sempurna

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti biasa, aku datang ke kampus dalam rangka menemui dosen, tapi sayang, aku disuruh kembali menunggu hingga ashar. Pembimbingan tertunda lagi. Kecewa, sudah tentu. Aku segera ke lantai tiga cari ruang kosong untuk online, manfaatkan wi-fi kampus. Tulisan-tulisanku yang pernah ku-publish segera kubuka dan kubaca kembali, kupelajari sekiranya ada yang salah atau tidak mengenakkan hati. Senyum senantiasa terbit dari langit pesonaku, tapi itu hanya sementara dan sebentar. Mahasiswa yang mungkin senasib dengan saya, juga segera mencari kursi-meja di ruang AD 306, menikmati layanan wi-fi kampus, dan bagiku itu bukan gratis, karena setiap semester aku harus menyerahkan rupiah ke kampus. Simbiosis mutualisme.

Aku dihinggapi tanya, satu, ah..., lebih dari itu.Kala ada kawan-kawan mahasiswa lain datang menyimpan sementara bungkusan makanan, katanya persiapan seminar proposal mahasiswa biologi. Beruntung bukan ruangan yang kutempati kini tempat pelaksanaan seminarnya, Alhamdulillah saya tidak perlu pindah ke ruangan lain. Tapi pertanyaanku semakin membuncah, bukan hanya beberapa dos kue, tapi segera datang pula beberapa paket parsel, berwarna-warni, beraneka rupa. Katanya, dos kue hanya untuk peserta seminar, sedangkan paket-paket itu untuk dosen pembimbing dan dosen penguji. Wah...., hebat anak-anak biologi mempersiapkan seminarnya. Mewah bagiku, bukan saja aku, teman-teman yang kutemani online diruang ini dan teman seperjuangan di PEP, pasti mengatakan itu juga.

Kemarin waktu aku dan kawan PEP seminar, seadanya saja, beberapa dos kue untuk peserta seminar dan paket untuk dosen-dosenyang berisi kripik singkong, brownies yang seharga 30 ribu rupiah dan sebotol minuman bersoda . Tapi mereka, paketnya besar, entah apa isinya, kata teman yang ada di depanku, pasti ada buah dan kue mewah didalamnya. Entahlah..., saya lebih menyukai kesederhanaan.

Kelak aku ingin menikah yang sederhana saja, tak perlu gegap gempita. Tak perlu ada pelaminan yang menempatkan kita serupa boneka, dipertontonkan pada khalayak.
Kelak aku ingin menikah sederhana saja, tanpa bising suara elekton dan orkes. Cukuplah suara resonansi dawai kecapi dan dendang syair para sufi yang melengkapi hikmatnya kebahagiaan kita.
Kelak aku akan menikah tanpa riuh suara penari-pejoget di halaman rumah. Aku ingin melihat malaikat-malaikat datang membawa rebab dan bait-bait cinta dari Tuhan. Kita lalu bercumbu di damainya jiwa lantarannya.


Salam siang padamu yang tak sempurna!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline