Lihat ke Halaman Asli

Zahir Makkaraka

Belajar dalam segala hal

Pesan Jum'at Imam Masjid New York

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1385104003332100643

[caption id="attachment_279597" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: http://www.timur-angin.com"][/caption] Hari Jum'at penuh berkah, mungkin itu gambaran karunia hari ini. Salah satu karunia terbesar pada jum'at kali ini adalah mendengar ceramah jum'at Imam Masjid New York. Bukan karena saya shalat di Amrik sana, tapi beliau didaulat oleh pengurus Masjid Al Marqaz Al Islami Jend. M. Yusuf menjadi khatib jum'at. Secara personal, sebuah kebahagiaan mendengar hikmah-hikmah kebenaran islam.

Sebelum mengurai pesan jum'at salah satu tokoh islam berpengaruh di dunia, saya sedikit memberi gambaran sosok beliau. Pria itu bernama Syamsi Ali. Namun oleh media-media di Amerika sana lebih mengenal Shamsi Ali. Pria kelahiran Bulukumba, 5 Oktober 1967 dan sejak tahun 1997 sudah bermukim di New York. Lahir di sebuah desa di kecamatan Kajang dan entah secara kebetulan desa itu merupakan tempat nenek saya lahir, Desa Lembangna. Ia adalah imam "Islamic Cultural Centre" yang merupakan masjid terbesar dan tertua di New York, dan beberapa jabatan ketua dibeberapa yayasan islam di NY sana.

Kembali ke intisari pembicaraan. Ustadz yang dianugerahi "Medal Of Honor" di Ellis Island mengurai materi jum'at dengan mengungkap beberapa hal terkait dengan posisi islam ditengah globalisasi. Tinjauan pertama yang diungkapnya berkaitan dengan "Islam sebagai Agama Dakwah." Arahan beliau sangat mengedepankan akan pentingnya dakwah. Islam hadir karena dakwah, dan islam akan terus eksist pun karena dakwah. Lalu dakwah yang bagaimana? Dakwah yang mengikuti manhaj kenabian, dakwah yang memperkenal keindahan islam, bukan dakwah yang mengajarkan permusuhan. Metode dakwah harus disesuaikan dengan objek dakwah kita. Beda cara menyampaikan islam ke kristen, pun berbeda cara kepada budha, ataupun di agama lain.

Setelah mengurai peran dakwah, selanjutnya beliau mengungkap posisi islam dalam kekinian, islam dalam globalisme. Umat islam dihambau agar tidak terlalu ekstroper atau ekslusif sehingga menutup ruang diskusi dan toleransi. Umat islam harus mampu menerapkan nilai-nilai universal islam sehingga islam bisa menjadi "rahmatan lilalamin", bukan islam yang menakutkan.

Selain kedua hal pokok di atas, ada beberapa nilai yang mesti diterjemahkan dan diaktulkan yang beliau sampaikan. Yang pertama terkait dengan konsistensi atau keistiqomahan, dan kedua adalah kepercayaan. Beliau mengungkap kisah pengusiran kaum yahudi di madinah. Pengusiran bukan karena mereka kaum yahudi, tapi karena mereka tidak menjalankan kesepakatan dalam sebuah perjanjian yang didalamnya telah disetujui oleh beberapa agama dan bani yang ada di Madinah kala itu.

Itulah sedikit gambaran penyampaian khutbah jum'at oleh Muhammad Syamsi Ali, MA. Pembaca yang sempat menjadi jamaah jum'at tadi siang di Al Markaz atau pendengar RAS (Radio Al Markaz) FM pasti lebih mahfum dibanding saya. Suara yang tegas dengan mimik yang mantap menjadi pembeda. Sekitar 20 menit suaranya memecah kefanaan pendengaran saya, tapi hikmahnya membekas dalam dan sempurna dalam ingatanku. Mudah-mudahan jum'at depan bisa kembali shalat jum'at di Al Markaz dan mendengar khutbah dari tokoh-tokoh hebat. Salam siang, salam jum'at baraqah.

****

Mengenai Muhammad Syamsi Ali, MA dapat dibaca di/www.timur-angin.com/imam masjid new-york dan http://id.wikipedia.org/wiki/Syamsi_Ali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline