Lihat ke Halaman Asli

Pakde Kartono dan Lelaki Penebang Kayu

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pakde Kartono dan Lelaki Penebang Kayu

Enak mana dimaki dengan kejujuran atau dipuji dengan kebohongan ? Silahkan diartikulasi sesuai selera pembaca ! Tapi kalau ini ditanyakan ke Mbak Ellen Maringka, jawabannya bisa saya duga, kalau Mbak Ellen lebih memilih ‘jujur kacang ijo’. Walah, maaf nih bawa-bawa nama Mbak Ellen. Tapi saya mengagumi gaya ‘bercintanya’. Tidak takut dicerca makian, Mbak Ellen dengan cuek bebek mengekspresikan keindahan (baca : gaya bercinta). Benar-benar “jujur kacang ijo”. Cerita jujur dalam mengeksploitasi gaya bercinta, tentulah bukan representasi dari ‘keluguan’ wanita kebanyakan. Mereka bilang, itu tabu.

Bicara soal gaya bercinta, rasanya tak sempurna membicarakan Mbak Ellen tanpa menyenggol Pakde Kartono. Dua kompasianeryang layak dapat bintang. Tapi beda Mbak Ellen, beda Pakde Kartono.Ini soal kejujuran. Saya bukannya menyangsikan kejujuran Pakde Kartono, tapi ini mengingatkan saya pada cerita kawan saya tentang, “Mengapa Lelaki Suka Berbohong”. Ceritanya begini :

Suatu hari, ketika sedang menebang pohon, seorang penebang kayu kehilangan kapaknya karena jatuh ke sungai. Lalu dia menangis dan berdoa, sehingga Dewa muncul.

"Mengapa kamu menangis?"

Si penebang kayu sambil terisak menceritakan bahwa kapak sebagai sumber penghasilan satu-satunya telah jatuh ke sungai.

Lalu Dewa menghilang dan muncul kembali membawa kapak emas.

"Apakah ini kapakmu?"

"Bukan, Dewa "

Lalu Dewa muncul kembali membawa kapak perak.

"Apakah ini kapakmu?"

"Bukan, Dewa "

Lalu Dewa mengeluarkan sebuah kapak yang jelek dengan pegangan kayu dan mata besi.

"Apakah ini kapakmu?"

"Ya, Dewa, benar ini kapak saya".

"Kamu orang jujur, karena itu Aku akan memberikan ketiga kapak ini untukmu sebagai upah kejujuranmu".

Lelaki itu sangat bersyukur dan pulang dengan gembira. Beberapa hari kemudian ketika sedang menyeberang sungai, istrinya terjatuh dan hanyut.

Lagi, si penebang kayu menangis dan berdoa. Kemudian Dewa muncul.

"Mengapa kamu menangis ?"

"Istri saya satu-satunya yang sangat saya cintai terjatuh ke sungai, Dewa"

Lalu Dewa menghilang ke dalam sungai dan muncul kembali dengan membawa Jennifer Lopez .

"Apakah ini istrimu ?".

"Ya, Dewa".

Lalu Dewa marah dan berkata, "Kamu berbohong, kemana perginya kejujuranmu ?"

Lelaki itu dengan takut dan gemetar berkata, "Dewa, seandainya saya tadi menjawab tidak, Dewa akan kembali dengan membawa Britney Spears, dan jika saat itu saya juga menjawab tidak, Dewa akan kembali membawa istri saya yang asli, dan jika ketika itu saya menjawab iya, Dewa akan memberikan ketiganya untuk menjadi istri saya. Saya ini orang miskin, Dewa, tidak mungkin saya bisa membahagiakan tiga orang istri....."

Lelaki penebang kayu itu tentulah seorang pria yang miskin. Ini jauh beda dengan Pakde Kartono yang jelas-jelas baik hati, ganteng, humorisdan mapan. Tapi ketika lelaki penebang kayu itu diperhadapkan dengan perempuan cantik, maka dia pun rela berbohong untuk menyenangkan dirinya dan orang lain.Cerita terakhir itulah yang mengingatkan saya, kesan membaca artikel-artikel Pakde Kartono. Pakde Kartono yang narsis, tapi cerdas. Selalu menginginkan yang terbaik, walau harus ‘bohong-bohong sikit’.

Baik Mbak Ellen maupun Pakde Kartono, saya menyukai keduanya. Dulu hanya sebagai pembaca, dan ini postingan saya yang pertama. Di Kompasiana.

Arung Aruhu, 27 Maret 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline