A. Latar belakang nasab KH. Ahmad Dahlan
KH. Ahmad Dahlan, yang memiliki nama kecil Muhammad Darwis, lahir di Yogyakarta pada tahun 1868 Masehi. Ayahnya, Kyai Haji Abu Bakar bin Kyai Sulaiman, adalah seorang khatib di Masjid Sultan Yogyakarta, sedangkan ibunya, Siti Aminah binti Kyai Haji Ibrahim, menjabat sebagai penghulu besar di kota tersebut. Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa beliau lahir pada tahun 1869. Muhammad Darwis adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Urutan saudara-saudaranya adalah: (1) Nyai Chatib Arum, (2) Nyai Muhsinah (Nyai Nur), (3) Nyai Hj. Sholeh, (4) Muhammad Darwis (KH. Ahmad Dahlan), (5) Nyai Abdurrahman, dan (6) Nyai Hj. Muhammad Fekih (Ibunya H. Ahmad Badawi), dan (7) Muhammad Basir.
Berdasarkan buku silsilah milik Eyang Abd. Rahman Pleso Kuning, garis keturunan Muhammad Darwis, yang dikenal sebagai KH. Ahmad Dahlan, adalah sebagai berikut: Muhammad Darwis adalah putra H. Abu Bakar bin K.H Muhammad Sulaiman bin Kyai Murtadla bin kyai Ilyas bin Demang Jurang Juru Kapindo bin Jurang Juru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig bin Maulana bin Muhammad Fadlullah (prapen) bin Maulana 'Ainul Jaqin bin Maulanal shaq bin Maulana Malik Ibrahim.
Garis keturunan Muhammad Darwis sebagian besar berasal dari para kyai, termasuk Maulana Malik Ibrahim, salah satu Walisongo yang memiliki peran besar dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa Muhammad Darwis tumbuh dalam lingkungan keislaman yang kuat. Beliau lahir dan dibesarkan di Yogyakarta, tepatnya di kampung Kauman yang terkenal.
B. Pemikiran keagamaan dan gerakan dakwah KH. Ahmad Dahlan
1. Pemurnian dan pembaruan islam di Indonesia
Latar belakang pemurnian Islam di Indonesia oleh KH Ahmad Dahlan didasarkan pada kondisi masyarakat Indonesia yang masih terbelakang. Pemurnian Islam yang dilakukan KH Ahmad Dahlan mencakup beberapa aspek, yaitu:
- Pemurnian aqidah dan syirik, bid'ah, khurafat, dan takhayyulP
- Pemurnian dalam praktek pelaksanaan ibadah, seperti pelurusan arah kiblat
- Pembaharuan pendidikan dengan menggabungkan pendidikan umum dan pendidikan agama Islam yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah
Mendirikan organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912. Gerakan ini bertujuan untuk mengembalikan ajaran Islam kepada sumber aslinya, yaitu Al-Qur'an dan Sunnah, serta membersihkan praktik-praktik yang dianggap menyimpang seperti takhayul, bid'ah, dan khurafat.