Dan sahabat pun khusyuk
bercinta dengan jihad. Mengikhlaskan jiwa-jiwa pergi
hanya demi satu jiwa yang tinggal.
Tombak-tombak sembahyang seiring tetes darah
dari pipi dan kening berdesakan.
Tulang-tulang remuk bersujud bersama tubuh yang lunglai
meratapi tanah.
Langit cengang menyaksikan ketulusan hati membela Sang Nabi.
Lalu kalimat suci pun terlisankan dalam guyub dzikir,
"Duri menyentuhmu pun, aku tak rela."
Dan demi Sang Nabi, aksara tertulis dengan harga mati.