Lihat ke Halaman Asli

Arum Butler

Just me.....

Optimis dalam Menggapai Mimpi di The Music of Silence

Diperbarui: 23 Mei 2020   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The Music of Silence | Sumber: mycinemag.com

Seekor kutu anjing mempunyai kemampuan melompat 300 kali lebih tinggi dari tubuhnya. Namun, apabila kutu tersebut dimasukkan kedalam wadah atau box korek api selama seminggu atau sebulan, maka kemampuan melompat kutu anjing tersebut akan berkurang.

Cerita kutu loncat ini sering kudengar untuk memotivasi kepercayaan diri akan kemampuan seseorang. Kemampuan melompat kutu anjing tersebut sangat sesuai dengan film The Music of Silence yang telah tayang di Mola TV Movies.

Film ini bergenre biografi tentang Andrea Bocelli, seorang penyanyi Opera dengan keterbatasan fisik namun mampu menggapai mimpinya. Namun pada film ini, karakter Andrea Bocelli diwakili oleh tokoh alter ego bernama Amos Bardi.

The Music of Silence poster | Sumber: Mola TV

Keterbatasan penglihatan seorang Amos Bardi
Diawal film, diceritakan tentang Amos Bardi yang merupakan seorang anak laki-laki yang lahir pada tahun 1957 di sebuah kota kecil yang terletak di Italia yaitu Tuscany.

Suka cita menyelimuti keluarga besar Bardi saat bayi mungil berjenis kelamin laki-laki lahir dan menangis kencang menggema.
Beberapa bulan sejak kelahirannya, bayi mungil itu rewel dan membuat orang tuanya panik sehingga dibawalah bayi itu ke rumah sakit untuk mengecek masalah kesehatannya.

Ternyata, dari hasil pemeriksaannya Amos Bardi mengalami masalah dengan matanya dan didiagnosa Congenital, bilateral glaucoma atau dikenal dengan kerusakan mata bawaan. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan dengan kemampuan penglihatan berapa persen saja, agak samar-samar.

Kebetulan sekali, saya tau tentang glaucoma pada mata saat melihat vlog terkenal di Indonesia. Jadinya, saya bisa membayangkan masalah penglihatan pada pasien dengan diagnosa glaucoma.

Dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan dan operasi di sebuah rumah sakit di kota Turin dan mengharapkan adanya mukjizat. Dengan kata lain, kemungkinan sembuh sangat kecil.

Saat perawatan di Rumah Sakit Molinette -Turin setelah menjalani operasi mata, Amos mendengarkan musik klasik pertama kalinya yang menggema di samping kamarnya.

Amos dan Ibunya mendatangi kamar tersebut dan mengatakan musik klasik tersebut membuat Amos lebih tenang. Menurut pemilik kamar tersebut, musik sangat indah dan membuat hidup bahagia. Bagi seorang tuna netra, dirinya akan gila bila hidup tanpa musik.

Amos Bardi mulai tumbuh menjadi seorang anak laki yang sangat aktif, meskipun mengalami masalah penglihatan namun tidak menjadi halangan baginya.

Amos sangat suka bermain di gudang dan halaman rumahnya, semua aktivitas itu membuatnya lebih betah dan bahagia. Meskipun memiliki keterbatasan penglihatan, Amos memiliki kepercayaan diri yang besar serta sifat yang suka to the point, bahkan berani mengutarakan pendapatnya secara blak-blakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline