Lihat ke Halaman Asli

Arum Butler

Just me.....

Aplikasi "Gue Sehat" Ikut Mendukung Program Pemerintah dalam Mengurangi "Stunting"

Diperbarui: 11 November 2017   00:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengurangan Stunting menjadi salah satu proyek prioritas nasional kesehatan (gambar milik BBC)

Saat ini saya memang memiliki postur tubuh tergolong tinggi, namun siapa sangka saya pernah memiliki masalah dengan postur tubuh.  Sebelum masa puber, saya memiliki postur tubuh yang pendek.  Saya masih ingat dengan pengalaman saya saat sedang berlatih baris berbaris (PBB) di sekolah tingkat pertama.  Satu kelas dipisah menjdi dua kelompok berdasarkan gender.  Saat tim siswi dilatih oleh kakak kelas, tiba-tiba pelatih  memberikan perintah "yang paling tinggi memimpin baris berbaris" yang kemudian memberikan perintah lainnya "yang paling rendah memimpin baris berbaris".  

Saya pun mulai berlagak agak tinggi dengan kaki jinjit supaya tidak ditunjuk memimpin baris berbaris.  Ternyata walaupun sudah jinjit, saya tetap menjadi siswi terpendek di kelasku :(  2 tahun kemudian saya memasuki masa puber yang diiringi dengan pertumbuhan tinggi badan yang sangat signifikan hingga akhirnya memiliki tinggi badan 160cm.

Apakah itu Stunting?

Sebelum mengalami pertumbuhan pada tinggi badanku, keluarga mengkhawatirkan kondisi tubuhku yang pendek dan berasumsi bahwa saya kerdil (saat itu belum tahu istilah stunting)

Stunting atau lebih dikenal dengan perawakan pendek merupakan efek permanent dari kekurangan nutrisi/gizi yang memadai pada saat 1000  hari pertama kehidupan (HPK).   Berdasarkan data WHO yang dihimpun  website resmi Depatemen Kesehatan RI bahwa diperkirakan terdapat 162 juta balita pendek pada tahun 2012 dimana 56% anak pendek hidup di Asia dan 36% di Afrika.  Parahnya lagi, Indonesia termasuk penyumbang orang pendek / stunting nomor 5 di seluruh dunia.

Melihat presentase status balita stunting (pendek dan sangat pendek) pada tahun 2013 mencapai 37,2% , bila dibandingkan dengan tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%) ternyata penurunan status balita stunting tidak menunjukan adanya penurunan atau perbaikan secara signifikan. Bahkan berdasarkan PSG 2015 sebesar 29% balita Indonesia termasuk kategori pendek.  

Data stunting ini dilengkapi data dari WHO yang menunjukan bahwa persentase balita pendek di Indonesia masih tinggi dan menjadi masalah balita pendek terbanyak dibanding negara anggota ASEAN lainnya seperti  Myanmar, Vietnam, Malaysia dan Thailand.  Ironis bahwa Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di ASEAN malah merajai balita pendek. Berdasarkan Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan bahwa stunting, wasting dan overweight pada balita yang menjadikan Indonesia masuk dalam 17 negara yang mempunyai masalah gizi

Beberapa hari belakangan ini, kata stunting semakin familiar di telinga saya bahkan saat saya mengikuti acara di Kompasiana selalu berkaitan dengan masalah stunting.  Stunting telah menjadi masalah serius bagi masa depan anak kita, untuk itu pemerintah menjadikan stunting sebagai salah satu proyek Prioritas Nasional Kesehatan  dengan program kerja berkesinambungan dari Bappenas, Departemen Kesehatan dan lainnya.  

Perlu pencegahanStunting dengan peningkatan gizi pada 1000HPK (gambar milik website depkes)

Stunting memiliki resiko jangka pendek akibat gizi buruk yang kronis  yang bertahap akan mulai mengalami hambatan perkembangan pada anak, yang kemudian akan terjadi penurunan fungsi perkembangan anak, serta gangguan sistem pembakaran lemak yang memiliki resiko jangka panjang bagi anak berpotensi mengalami obesitas.  Untuk itu, setiap orang tua harus peduli dan lebih memperhatikan perkembangan bayi dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK)

Pentingnya 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK)

Masalah stunting merupakan efek permanen adanya gizi buruk  pada anak yang harus diantisipasi dengan pemberian gizi yang baik padai 1000 hari pertama kehidupan (HPK).  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline