Kejadian ini memang bikin gregetan banget, sampai-sampai saya masih geleng-geleng kepala kalau mengingatnya. Bayangkan, saya tiba di Lombok hanya berbekal duit recehan. Dasar lagi apes, satu-satunya kartu ATM yang saya bawa juga rusak sehingga tak bisa dipakai menarik uang tunai. Tapi siapa sangka, saya terselamatkan karena sebuah aplikasi di ponsel!
Ceritanya, pada awal Juli 2018 lalu, saya melakukan perjalanan solo backpacking ke Lombok. Supaya lebih seru, saya pilih naik bus dari Jakarta. Biayanya memang hampir sama saja dengan menumpang pesawat. Namun saya ingin sekalian singgah ke kota-kota di sepanjang jalur pantura, sesuatu yang tak bisa saya lakukan kalau naik pesawat.
Dari Jakarta, saya singgah dulu di Cirebon, lalu menyambangi Semarang, dan diteruskan lagi ke Surabaya. Sebelum bertolak ke Pulau Lombok, saya santai dulu beberapa hari di Bali. Sampai di sini, perjalanan berlangsung lancar-lancar saja. Namun begitu hendak menyeberang ke Pulau Lombok, terjadi hal yang tak terduga sebelumnya.
Perjalanan dengan angkot dari Terminal Ubung, Denpasar menuju Pelabuhan Padang Bai ternyata memakan waktu lebih dari 4 jam. Ini gara-gara angkot sering berhenti lama untuk menunggu penumpang. Sudah begitu, angkot yang saya tumpangi sempat terjebak kemacetan pula.
Alhasil, saya tiba di Padang Bai sudah lewat tengah hari. Perjalanan dengan kapal feri ke Lombok setidaknya memakan waktu 5 jam. Wah, bisa-bisa saya tiba di Lombok saat hari sudah gelap. Sudah terbayang betapa sulitnya nanti mencari transportasi umum setiba di Pelaburan Lembar, Lombok.
Di dekat gerbang pelabuhan terlihat ada beberapa bus tujuan Mataram sedang mengantre masuk ke kapal feri. Saya pun mencoba peruntungan, siapa tahu mereka masih punya kursi. "Pak, bus ini mau ke Mataram?" tanya saya pada salah satu kernek bus. Seolah sudah mengerti maksud saya yang ingin ngeteng, si kernek buru-buru bilang, "Udah penuh, Mas." Bus-bus itu pun segera berlalu karena kapal feri akan segera berangkat.
Tersadar uang tunai di kantong sudah menipis, saya mencoba mencari ATM BCA di sekitar area pelabuhan. Namun belum sempat mengambil uang, tiba-tiba terdengar pengumuman dari petugas pelabuhan bahwa kapal feri akan segera berangkat.
Wah, saya harus buru-buru nih. Kalau menunggu kapal berikutnya, saya akan lebih malam tiba di Lombok. Kartu ATM saya masukkan lagi ke saku celana dan saya pun berlari menuju loket penjualan tiket.
Uang saya pas tinggal Rp50 ribu dan harga tiket kapal yang perlu dibayar sebesar Rp46 ribu. Jadi uang yang tersisa hanya Rp4 ribu, dan itulah bekal saya di kapal. Sebelum naik ke kapal, saya masih berharap bisa menemukan ATM di sekitar ruang tunggu penumpang. Tapi hasilnya nihil.
Begitu naik ke kapal, saya segera mencari info melalui Google Maps mengenai lokasi ATM BCA di Pelabuhan Lembar. Meski lokasinya agak jauh dari gerbang pelabuhan, ternyata di area itu memiliki satu ATM BCA. Saya pun jadi agak lega meskipun masih sedikit khawatir soal transportasi menuju Mataram. Tapi setidaknya kalau sudah memegang uang tunai, saya masih bisa naik taksi yang ongkosnya pasti tak murah karena waktunya sudah malam.
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam ketika kapal feri yang saya tumpangi merapat di Pelabuhan Lembar. Begitu menjejakkan kaki di Pulau Lombok, hal yang terpikirkan pertama adalah bagaimana caranya mendapatkan uang tunai. Melalui petunjuk Google Maps, saya perlu berjalan kaki sekitar 500 meter sebelum menemukan lokasi ATM BCA terdekat. Jalanan di sekitar pelabuhan begitu gelap, namun untungnya saya bisa menemukan lokasi ATM BCA dengan mudah.