Lihat ke Halaman Asli

Menyambangi Armenia, Negeri Kecil di Tengah Daratan Kaukasus

Diperbarui: 5 Mei 2018   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu sudut kota Yerevan, ibukota Armenia

Mendengar Armenia, biasanya orang langsung membayangkan biara-biara tua dengan latar pegunungan yang indah. Sebagai negara Kristen tertua di dunia, Armenia memang punya banyak biara kuno yang berumur ratusan tahun.

Nama Armenia juga selalu dihubungkan dengan tragedi genosida yang dilakukan Turki Usmani. Namun terlepas dari gambaran tipikal itu, negeri ini sebenarnya menawarkan banyak hal lain yang bisa membuat Anda menyukainya.

Armenia yang terpencil nun jauh di tengah daratan Kaukasus itu memang sering luput dari radar pelancong Indonesia. Jaraknya yang jauh dari tanah air, ditambah lagi pilihan penerbangan yang terbatas, membuat negeri ini sering dilupakan. Dahulu, saya sendiri juga tak tertarik mengunjunginya. Namun, setelah mengunjungi sebuah distrik tua di kota Isfahan, Iran, membuka mata saya akan pesona negeri ini.

Lho, apa hubungannya Armenia dengan Isfahan? Oke saya jelaskan. Jadi, di Isfahan ada sebuah distrik yang namanya Jolfa. Distrik ini dihuni oleh komunitas imigran Armenia, mereka sudah pindah ke situ sejak era Dinasti Savafid, lebih dari 500 tahun lalu. Terbayang kan, betapa tuanya peninggalan di distrik ini.

Di sini pula untuk pertama kali saya melihat gereja Armenia yang sampai sekarang masih dipakai oleh komunitas Kristen Armenia setempat. Singkat cerita, saya jadi tertarik dengan budaya Armenia, dan bertekad untuk mengunjunginya!

Awalnya saya berencana masuk ke Armenia lewat perbatasan darat dari Iran. Banyak yang merekomendasikan rute ini karena katanya pemandangannya sangat bagus. Tetapi akhirnya saya memilih terbang ke Georgia, lalu masuk ke Armenia lewat darat. Saya berhasil mendapatkan tiket promo rute Tehran-Tbilisi pulang pergi seharga 90 Euro saja. Opsi ini lebih murah dan tentunya menghemat waktu. 

Baca juga: Rp 3 Jutaan Bisa ke Georgia, Begini Caranya......

Perjalanan lewat darat dari Tbilisi ke Yerevan, ibukota Armenia, hanya memakan waktu 4 jam saja menggunakan minibus. Alternatif lainnya bisa menggunakan kereta api, namun perjalanannya lebih lama dan kereta tidak berangkat setiap hari.

Di Tbilisi, minibus menuju Yerevan biasa ngetem di terminal Ortachala atau Avlabari. Ongkosnya juga tidak mahal, hanya 30 Lari atau sekitar Rp 160 ribu. 

Mobil merek Lada buatan Rusia


Berbeda dengan Georgia yang belakangan makin pro barat, Armenia menempuh haluan politik yang berbeda. Pengaruh Rusia masih sangat terasa, bahkan ada teman backpacking saya yang bilang kalau suasana Yerevan itu lebih Soviet daripada Moscow. Begitu masuk ke wilayah Armenia, suasananya tiba-tiba terasa jadul. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline