Lihat ke Halaman Asli

Resa Amelia Utami

Anak SastRantau | Tidak menyukai ikan dan kucing padahal satu diantaranya menyukai yang lain | IG : @ru.amelia

Ramadan: Antara Rindu dan Timbangan

Diperbarui: 23 April 2021   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: babysleepsite.com

 

        Ramadan adalah momen di mana kita dan kebutuhan primer (makanan+minuman)  harus berjarak sementara. Kurang lebih 13 jam menahan diri dan menanti seruan yang paling merdu di seluruh dunia. Seruan itu tiada lain adalah azan magrib! Wah.. kebayang gak sih bahagianya mau melahap kudapan yang mengiurkan. Rasa melepas rindu yang tiada tara tapi berujung penyesalan.

Saat berbuka tak jarang orang masih memegang prinsip 'dendam harus terbalaskan', sehingga kalap memakan dan meminum segala hidangan yang sudah disiapkan sedari asar. Rasa puas memang akan muncul di awal, tapi setelahnya ada kekhawatiran nasib perjalanan akhir dari asupan tersebut.. Akankah mereka sampai dsengan selamat ke peristirahatan terakhirnya, atau malah betah di tubuh kita sebagai lemak yang menumpuk. Hiii.

Ada banyak metode diet saat berpuasa, begitupun list makanan sehat yang direkomendasikan ahli Kesehatan agar dapat mempertahankan berat badan pun menjaga tubuh tetap sehat dan bugar. Namun, penerapannya ternyata tidak semudah itu.. Berhubung aku pun bukan ahli Kesehatan dan tidak pula diet specialist, sebagai anak sastra aku punya satu kata yang bisa dikambinghitamkan atas semua kebimbangan ini.

Kata itu adalah rindu.

Kerinduan akan makanan dan minuman setelah berpisah berjam-jam lamanya bukanlah sebuah rasa yang mesti dibalaskan dendamnya dengan tamak.

Kerinduan itu adalah rasa yang langgeng dan harus dipertahankan. Hanya sekadar melepas dahaga pun memenuhi nutrisi, jadilah berbuka sebagai suplemen untuk bergeloranya 'panjang umur kerinduan'.

Kerinduan seorang muslim dilatih selama berpuasa. Bagaikan pos-pos yang menyampaikan kita pada garis finis, bukankah begitu seharusnya kehidupan dunia bergulir? Disyukuri dan disabari. Bersyukur sebab hilang dahaga, bersabar untuk melanjutkan perjalanan rindu.

Kerinduan untuk meneguk minuman yang paling meredakan haus, di dekan orang yang paling muara dalam rindu. Abadilah dahaga itu, tahan dahaga itu hingga sampai ke telaga Rasulullah SAW tercinta.

Kerinduan saat berbuka hanyalah secuil dari kebahagiaan, di mana menguapnya seluruh rindu pada pertemuan dengan Sang Mahakuasa.

Demikianlah kata rindu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline