Sedang dekat dengan seseorang? Menikmati masa PDKT? ngedate manis? kencan rutin? atau pendekatan-pendekatan dan bahkan menjalani hubungan yang terasa hangat seakan menggenggam harapan yang tampaknya sih merasa pasti? Kalau pernah, baca paragraf selanjutnya, Oke? Yes.
Tetapi, bagaimana jika orang-orang terdekat yang sedang bersamamu tadi tiba-tiba menghilang di tengah keadaan yang seperti biasanya alias nyaman? pastinya berfikir 'kenapa? biasanya gak kayak gini?' atau apapun kalimat pertanyaan yang muncul dari menerka-nerka. Bahkan belum tahu ada masalah apa kok tiba-tiba si Dia lenyap tanpa diketahui.
Situasi itu disebut ghosting. Mengapa ghosting? karena secara sifat mirip seperti hantu alias menghilang dan sama sekali tidak muncul. Menghilang secara keberadaan alias menghindari pertemuan bahkan dari kontak telepon, sosial media dan semacamnya. Ghosting kok populer istilahnya di saat ini? padahal fenomenanya sih sudah dari dulu sekali.
Ghosting dalam bahasa inggris artinya sih berbayang. Jika diartikan menurut istilah yang berlaku saat ini berarti orang yang sedang didekati atau yang sudah dekat tiba-tiba menghilang tanpa alasan dan hilang kontak juga. Sering bukan? fenomena ini mungkin populer karena berbeda era dimana lebih ditekankan makna menghilang dari caranya.
Mengapa caranya? karena ini era yang berbeda. Dalam menjalani hubungan tentunya menggunakan bantuan sosial media atau platform yang lebih mengandalkan chat, sosial media dan dunia maya dalam berkomunikasi. Sebenarnya mudah saja menghilang tanpa alasan karena teknologi itu tergantung kepada mood usernya sih. Ada menu senyap, blokir, delete, unfollow, unfriend, sembunyikan dan lain-lain jika Ia ingin ber-ghosting.
Fitur senyap, blokir, delete, unfollow, unfriend, sembunyikan dan lain-lain apapun membuat siapapun 'korbannya' seakan menderita tanpa sebab yang tidak diketahui. Akibatnya rasa amarah, kebingungan penyesalan dan dendam serta mental yang tidak nyaman atas 'kehilangannya' membuat si korban selalu menyalahkan keadaan atas dirinya sendiri.
Semakin mudah untuk saling kenal dan berhubungan maka semakin mudah juga untuk saling berhubungan. Semua yang memudahkan untuk membangun suatu tujuan akan memudahkan pula untuk merusak bukan? layaknya ada manfaat ada juga dampaknya, begitulah teknologi komunikasi karena dari bangun tidur sampai tidur kembali pun selalu akrab dengan media komunikasi dalam ponsel sehingga yang teringat ya Dia Dia saja. Sehingga jika tak ada kabar atau ponsel mendadak sepi pasti bingung dan kelabakan bukan?
Karena itu, faktanya teknologi komunikasi juga sentral karena diandalkan dan dibutuhkan saat ini sebagai pengganti keberadaan. Jika sedang ada masalah, memutuskan komunikasi dan menghilang bukanlah perkara yang sulit. Semua orang pun bisa melakukannya tapi tidak semua orang bisa menerima perlakuan 'ghosting' bukan?
Ghosting bukan tindakan kriminal atau kejahatan tetapi lebih kepada kesadaran etika dan hubungan. Jadi, fenomena ini sebenarnya sah-sah saja tetapi kembali lagi kepada kesadaran etika dan hubungan. Karena, dalam memulai atau membangun hubungan itu sebetulnya secara langsung atau tidak langsung telah terikat bersama-sama dan tidak boleh bersifat ambil tindakan sendiri dan tanpa sebab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H