Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Azry Zulfiqar

Independent Writer

Kekananak-kanakan Itu Lucu atau Harus Dihindari?

Diperbarui: 19 November 2020   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap orang pasti umumnya bercita-cita menjadi dewasa. Bertumbuh dewasa secara fisik dan yang terpenting adalah kepribadian. Mengapa? karena dengan kedewasaan.

Kita jauh lebih bijak dan baik dalam merespon hidup. Andai kata ada seribu masalah dalam perjalanan hidup maka cukup dengan satu kedewasaan maka bisa mengatasi semua permasalahan. Dewasa juga menarik dalam artian semua orang pasti akan menanggapi seorang yang dewasa lebih berkharisma.

Dari seorang anak kecil menjadi orang dewasa pun memang tak mudah. Kedewasaan juga tidak tak mudah didapat karena harus melepaskan identitas anak-anak dan sifat kekanak-kanakan. 

Masa menjadi anak kecil adalah masa dimana semua pasti pernah mengalaminya dan sifat kekanak-kanakan juga adalah sifat yang pernah dimiliki dulu pada setiap orang dewasa. Kekanak-kanakan memang terlihat lucu dan menggemaskan saat masih usia anak-anak. Dari cengeng, harus mau dituruti, ngambek, mau dilayani, manja terus atau bahkan banyak ngoceh.

Tapi bagaimana jika sifat kekanak-kanakan masih melekat di tubuh orang yang sudah dewasa? ini dia yang mungkin bisa menjadi masalah dan bisa juga menjadi hal lucu. 

Tapi, setiap hal menjadi terlihat lucu tergantung situasi dan kondisi dalam artian tepat waktunya. Coba saja dibayangkan bagaimana jika seorang pasangan atau istri yang sedang bermesra-mesranya dengan suami dan mengeluarkan sifat kekanak-kanakannya seperti manja atau mau dilayani? 

Tentunnya akan terlihat lucu dan sangat menggemaskan. Namun jika perbuatan kekanak-kanakan itu dikeluarkan ketika kondisi finansial sang suami sedang merosot dan sedang banyak masalah apa yang akan terjadi? 

Bisa bertengkar terus menerus atau bahkan berujung ke hal yang lebih fatal atau jika Dia sering ingin minta ditemani dan bawel dalam hal yang wajar kalau waktunya tepat ya wajar saja bukan? 

Dan si Dia yang sering mengomentari apapun tanpa henti ketika Kita memang sudah tidak ada lagi hiburan ya wajar saja bukan? Dan memang terllihat lucu sebagai teman bicara disaat suntuk. 

Namun tidak bisa dipungkiri memang pada setengah kehidupan, hidup memang serius dan butuh kedewasaan. Maka Kita perlu membagi porsi yang tepat dalam menempatkan diri. 

Jika tidak tepat maka ada kalanya manja berubah jadi banyak maunya, minta selalu ingin diajak atau ditemani menjadi ribet atau bikin risih, kritis atau menghibur dengan komentar juga menjadi banyak omong, cuma mau narsis bisa menjadi keanehan, mempertahankan pendapat atau perfeksionis berubah jadi selalu ngotot ingin menang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline