Lihat ke Halaman Asli

Khianat

Diperbarui: 22 Agustus 2016   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saudaraku…

Darahku mengalir dinadimu, menari-nari mengikuti riak jantung dalam arteriku

Mungkin sebab itu kita bersaudara…

Tapi, bagaimana bisa kau palingkan wajahmu dikala aku tengah berjuang, kala merintih dan kelaparan tak sebutir nasi pun kau suguhkan

Dimana kau wahai sedarah?

Kutahan kupaksakan kunikmatkan sakit oleh acuhmu, seperti diremas uluh hati sampai hancur berbaur dengan kecewaku

Binatang pun tak sekejam ini pada kerabatnya…

Kelak anak bungsu pun akan maju atau mati kelaparan dipinggiran kota,  seperti tikus-tikus yang kehilangan keluarganya

Namun jikala sang ombak menepi, dan sampai pada kenikmatan atas perjuangan selama ini

Mungkin cukup bagiku mengingatnya…

Mata kan terbalas mata!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline