Lihat ke Halaman Asli

Komodifikasi Audiens atau Khalayak dalam sinetron Anak Jalanan

Diperbarui: 4 April 2017   16:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : https://www.youtube.com/channel/UCzTsWuCdVP_vehWyGwPcS3Q

Dalam dunia pertelevisian pastilah sudah tidak asing lagi mendengar yang namanya program acara sinetron. Sinetron itu sendiri merupakan penggabungan dan pemendekan dari kata sinema dan elektronika. Elektronika di sini tidak semata mengacu pada pita kaset yang proses perekamannya berdasar pada kaidah-kaidah elektronik. Elektronika dalam sinetron itu lebih mengacu pada mediumnya yaitu televisi atau visual, yang merupakan medium elektronik selain siaran radion. (Wardana, 1997 : 1)

Disetiap stasiun televisi memiliki sinetron unggulan masing – masing untuk bersaing antara stasiun televisi satu dengan stasiun televisi yang lain. Salah satunya adalah sinetron Anak Jalanan yang tayang di RCTI disetiap harinya pukul 18.00 WIB. Sinetron tersebut mengisahkan tentang sekumpulan geng motor yang beranggotakan anak remaja.

Sinetron Anak Jalanan termasuk favorit bagi kalangan remaja, itu dikarenakan para pemain sinetron Anak Jalanan ganteng – ganteng dan cantik – cantik. Contoh spesifiknya adalah  Stefan William yang berperan sebagai aktor utama laki – laki yaitu BOY dan Natasha Wilona yang berperan sebagai aktor utama perempuan sebagai REVA yang mampu memikat para anak remaja untuk senantiasa setia menonton program acara sinetron Anak Jalanan tersebut. 

Dari hal tersebut mulailah sebuah kerja sama antara pembuat sinetron dan para pengiklan. Periklanan merupakan penyempurnaan dalam proses komodifikasi media secara ekonomi. Jadi audiens komoditi penting untuk media massa dalam mendapatkan iklan dan pemasukan. Media dapat  menciptakan khalayaknya sendiri dengan membuat program semenarik mungkin dan kemudian khalayak yang tertarik tersebut dikirim kepada para pengiklan. (Mosco, 1996) Dan karena reputasi sinetron Anak Jalanan yang tinggi, masuklah pengiklan dalam program acara sinetron Anak Jalanan tersebut.

Cara penyampaian iklannya pun cukup spesifik, yang terjadi dalam sinetron Anak Jalanan adalah memasukan iklan dalam sebuah frame yang berbentuk masking reklame. Tidak hanya itu saja, ada cara lain untuk menyampaikan sebuah iklan yakni dengan cara memasukan iklan kedalam sebuah narasi. Seperti contohnya sinetron Anak Jalanan episode 670 – 671 pada 21 Oktober 2016 yang mana menyampaikan sebuah iklan dengan cara me-masking sebuah frame.

Dalam episode tersebut pengiklan masuk dalam bentuk masking sebuah reklame, sebuah reklame iklan Ice Cream Walls yang berdiri dipinggir jalan dilalui oleh pemain senetron Anak Jalanan tersebut. Selain itu, cara penyampaian yang lain adalah bentuk iklan masuk kedalam narasi cerita yang mana sebagai contoh yang ada dalam episode 739-740 pada 6 Desember 2016. Dalam episode tersebut salah satu pengiklan, yakni MY TEA mengiklankan produknya masuk kedalam frame dan bahkan masuk kedalam sebuah narasi cerita.

sumber gambar : https://www.youtube.com/watch?v=3objR1RI_RU&index=79&list=PLdcG6Tttu3d7rrn3UOiM6a2ozPkPPQvxW

Bunyi dari narasi tersebut adalah "tapi thank nih mon lu tau aja minuman selera gua. MY TEA nih, ini teh selera kita semua. Ya iyalah makanya kita semua suka, segeer ya!" Sebuah iklan yang biasanya hanya masuk dalam sebuah frame, namun dalam sinetron Anak Jalanan ini menyampaikannya tidak hanya dalam sebuah frame tetapi juga masuk kedalam sebuah narasi ceritanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline