Malikussaleh adalah pendiri sekaligus raja pertama dari Kesultanan Samudera Pasai, salah satu kerajaan Islam tertua di Asia Tenggara yang terletak di wilayah Aceh Utara, Indonesia. Berdasarkan catatan sejarah, Malikussaleh memerintah sekitar abad ke-13, dengan pusat kekuasaan di Pasai, dekat pantai timur Sumatra.
Latar Belakang
Malikussaleh, yang sebelumnya dikenal dengan nama Marah Silu, berasal dari keluarga bangsawan di wilayah Samudera. Konversi Marah Silu menjadi seorang Muslim diyakini terjadi setelah ia bertemu dengan seorang ulama Arab. Nama "Malikussaleh" sendiri diberikan setelah ia memeluk Islam dan dinobatkan sebagai raja.
Meninggalnya Malikussaleh
Malikussaleh meninggal pada tahun 1297 dan dimakamkan di Gampong Beuringin, Aceh Utara. Makamnya hingga kini menjadi situs sejarah penting dan sering dikunjungi sebagai tempat ziarah. Setelah kematiannya, kesultanan dilanjutkan oleh putranya, Sultan Malik Al-Zahir.
Pendirian Kesultanan Samudera Pasai
Kesultanan Samudera Pasai didirikan pada sekitar tahun 1267. Kesultanan ini menjadi pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara dan memainkan peran penting dalam jalur perdagangan internasional. Samudera Pasai dikenal sebagai penghasil lada yang terkenal hingga ke Timur Tengah dan Eropa.
nahhh!!kali ini saya sebagai penulis akan membawakan berita yang sedang beredar tentang permasalahan Gus mifta dan bapak suharji
Heboh!!Gus Miftah baru baru ini mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Prabowo Subianto. Keputusan ini diambil setelah kontroversi pernyataannya yang dianggap menghina seorang pedagang es teh bernama bapak suharji dalam sebuah video viral. Dalam video tersebut, Gus Miftah menggunakan kata-kata yang dinilai tidak pantas, yang memicu reaksi keras dari publik. Presiden Prabowo melalui Sekretaris Kabinet menegur Gus Miftah dan menyarankan agar ia meminta maaf secara langsung kepada bapak Suharji
Gus Miftah kemudian menemui bapak suharji untuk meminta maaf, dan pertemuan tersebut berjalan baik. bapak suharji bahkan mengundang Gus Miftah untuk mengadakan pengajian di desanya. Dalam pernyataannya, Gus Miftah menegaskan bahwa pengunduran dirinya bukanlah akibat tekanan dari pihak mana pun, melainkan sebuah bentuk penghormatan kepada Presiden. Ia juga menyampaikan bahwa kontribusinya kepada bangsa tidak terbatas pada jabatan resmi
Peristiwa ini mendapat perhatian luas, baik dari publik maupun para pejabat, dan menjadi pengingat agar kita akan pentingnya menjaga etika dalam ucapan, terutama bagi tokoh publik.