Lihat ke Halaman Asli

Tranformasi Negara-negara Skandinavia

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar tahun 800-1000 masehi, negara-negara Skandinavia di kenal sebagai bangsa Norsemen atau bangsa utara. Bangsa Norsemen memiliki kemampuan berlayar yang baik, sehingga mereka dikenal juga sebagai pedagang yang menjual barang-barangnya hampir diseluruh dataran Eropa karena kemampuan menjelajah mereka yang baik. Bahkan ada sumber-sumber yang mengatakan bahwa bangsa ini justru penemu benua Amerika yang pertama, setelah ditemukan perkampungan Newfoundland dan Labador yang disinyalir perkampungan orang-orang Norsemen. Meskipun bangsa Norsemen dikenal karena kamampuan dagang dan berlayar, mereka juga seringkali di cap sebagai bangsa bar-bar karena tabiat mereka yang juga sering merompak saat berlayar. Tabiat vandalisme mereka menciptakan nama baru bagi mereka, orang-orang Eropa sering memanggilnya suku Viking.

Saat bangsa Romawi memproklamirkan sebagai bangsa Kristen tahun 380 M, seluruh bangsa di Eropa harus mengikuti jejak bangsa Romawi. Fakta tersebut di dorong karena bangsa Romawi adalah bangsa penguasa di Eropa, jadi setiap kebijakannya harus diikuti oleh koloni-koloninya. Kekristenan oleh orang-orang Romawi dimasukan ke suku Viking untuk mengurangi tabiat bar-bar mereka. Bangsa Viking disini memang belum dikuasai sepenuhnya oleh Romawi karena jarak yang jauh dan cuaca ekstrem yang sering melanda Eropa Utara. Jadi tidak salah jika bangsa Viking sering menjadi bangsa tertinggal, bukan hanya urusan penyebaran agama Kristen tapi juga perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pada waktu itu.

Saat ini certita berubah, saat negara-negara Eropa Selatan sebagai cikal bakal berdirinya kekaisaran Romawi mulai rentan akibat krisis ekonomi, negara-negara Skandinavia justru terlihat seperti memiliki formulasi anti body untuk menanggulanginya. Bangsa yang dulu dikenal bar-bar, perusak dan vandal, menjadi bangsa yang lebih berbudya dan memiliki kebijakan-kebijakan pembangunan negara yang jelas dan terarah. Contoh saja Norwegia, negara yang memiliki kandungan mineral yang cukup besar, lebih memilih untuk menjual sumber minyak dan gas buminya lebih mahal di dalam negeri daripada luar negeri. Harga bensin di Norwegia yang bisa mencapai 25.000 per liter, dibayar dengan akses pendidikan yang murah dan akses kesehatan yang memadai oleh pemerintahnya. Negara Swedia lebih visioner lagi, mereka menciptakan ajang sekelas Indonesia Idol tapi khusus untuk penemuan-penemuan baru di bidang teknologi. Pemenang dari ajang ini akan mendapat dana untuk mengembangkan penelitiannya, luar biasa. Finlandia yang dikenal nenek monyangnya orang Viking juga, justru mampu mendamaikan pemerintah kita dengan GAM, lewat upaya preseidenya waktu itu, Ahtisaari.

Negara-negara Skandinavia saat ini, tidak pernah ribut mempersoalkan mereka bagian dari Uni Eropa (hanya Finlandia dan Denmark yang tergabung)  atau masuk tidaknya mereka di G20. Mereka lebih fokus kepada pemerataan kesejahteraan dan teknologi di masa depan. Kita bandingkan dengan negara kita, kita sering membanggakan jika kita bagian dari G20. Bagian dari G20 tapi juga termasuk 5 negara Fragile country (negara rentan krisis) karena ketergantungan kita yang besar terhadap dana segar asing. Kita dulu dikenal bangsa yang ramah tapi sering menggunakan amarah dalam menyelesaikan masalah. Sumber-sumber bumi dilepas ke luar negeri, Freeport tak mau bangun smelter tapi justru kontraknya diperpanjang hingga 2041. Negara ini terjual akibat bantuan IMF krisisis 98, meskipun sudah tak berhutang tapi kita tetap memegang teguh privatisasi. Semua sumber terjual murah dan rakyat ditekan dengan kemiskinan, kalah visioner dengan bangsa Skandinavia yang dulunya Viking nan bar-bar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline