Sosialisasi ini mengangkat isu kesehatan mental yang sering kali diabaikan dalam komunitas desa, khususnya oleh anggota Karang Taruna Ronggowuni. Sebagai komunitas remaja yang aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan sosial, anggota karang taruna kerap menghadapi berbagai tekanan, seperti konflik internal, tuntutan masyarakat, dan beban tanggung jawab yang besar. Sayangnya, stigma dan kurangnya edukasi membuat kesehatan mental dipandang sebelah mata, bahkan dianggap sebagai masalah orang kota. Hal ini berpotensi memunculkan berbagai masalah psikologis, seperti stres, kecemasan, burnout, dan pengambilan keputusan yang buruk.
Untuk mengatasi hal ini, program sosialisasi dirancang dengan fokus memberikan edukasi melalui seminar interaktif dan Focus Group Discussion (FGD). Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, menghilangkan stigma, dan memperkenalkan strategi manajemen kesehatan mental. Kegiatan ini melibatkan lima sub topik utama: pengertian kesehatan mental, stres, burnout, pengaruh kesehatan mental pada proses berpikir, dan cara menangani masalah mental. Dengan bahasa yang sederhana dan penyampaian interaktif, peserta diharapkan dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan mental dan menerapkan strategi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan kegiatan mencakup identifikasi masalah melalui wawancara dan observasi, analisis solusi berbasis literatur, serta pelaksanaan seminar dan diskusi kelompok. Meskipun berjalan lancar, beberapa hambatan ditemukan, seperti keterlambatan peserta dan kurangnya partisipasi aktif dari sebagian anggota. Meski begitu, program ini berhasil membuka wawasan peserta dan mengurangi stigma terkait kesehatan mental. Sebagian peserta aktif dalam diskusi, berbagi pengalaman tentang stres dan burnout, serta menunjukkan ketertarikan untuk mempelajari cara menjaga kesehatan mental.
Hasil kegiatan menunjukkan adanya perubahan pandangan terhadap kesehatan mental, terutama dalam hal mengurangi stigma dan meningkatkan pemahaman peserta. Namun, diperlukan tindak lanjut berupa pendampingan, evaluasi berkala, dan pengintegrasian program ini ke dalam kegiatan resmi Karang Taruna. Rekomendasi lain mencakup pendekatan yang lebih interaktif, koordinasi yang lebih baik dengan mitra, dan pengembangan program berkelanjutan yang dapat diadaptasi untuk komunitas lain. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kesadaran tentang kesehatan mental dapat terus ditingkatkan, menciptakan komunitas yang lebih peduli, inklusif, dan mendukung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H